Kamis, 09 April 2009

Teknik Penulisan Naskah Berita Radio

Meskipun merupakan media audio, naskah dan berita radio tidak lepas dari tulis menulis. Hanya saja teknik dan bentuk tulisannya sangat berbeda dengan pembuatan naskah berita media cetak.

Karena radio mengandalkan telinga pendengar yang kemampuannya terbatas, maka tulisan yang disampaikan harus singkat namun jelas. Dalam teori penulisan berita radio, disebut KISS - Keep It Short and Simple. Agar tidak kaku dan enak didengar, untuk menulis naskah berita radio harus menggunakan bahasa tutur atau bahasa percakapan.

Hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam menulis naskah dan berita radio adalah:

* jangan menggunakan kalimat majemuk
* jangan menggunakan kata-kata negatif
* jangan menggunakan kalimat pasif
* jangan terlalu banyak menggunakan angka-angka apalagi angka-angka rumit. jika terpaksa, harus disederhanakan dengan menggunakan kata ’sekitar, berkisar, antara, kurang lebih’ dan lain sebagainya
* jangan terlalu banyak menggunakan singkatan
* jangan terlalu banyak memakai istilah asing
* untuk memudahkan penyiar / newscaster, tulis nama, angka atau istilah dalam bahasa asing sesuai cara bacanya. Misalnya: 270 ditulis duaratus tujuhpuluh. Writer ditulis wraiter, dll
* biasanya pangkat/titel/gelar tidak perlu digunakan, kecuali jika memang terkait erat dengan isi berita
* ingat, satu berita satu cerita, satu kalimat satu ide
* biasakan membuat lead atau kepala berita yang bisa menarik perhatian pendengar.
* durasi berita jangan terlalu panjang

source: radioclinic.com

Menyiasati Peluang Diterbitkan (3)

3. Mengenal Visi dan Missi Media Massa
“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat.” (QS. Fathir: 19).

Setiap surat kabar dan majalah mempunyai visi atau pandangan dan mempunyai arah kebijaksanaan atau misi tertentu yang berbeda. Warna tulisan yang diinginkan dari para penulis artikel, tentunya yang sesuai dengan visi dan misi yang diemban media cetak tersebut. Artinya, seorang harus fleksibel, mengetahui dengan jelas artikel seperti apa yang diinginkan suatu media. Majalah atau surat kabar yang mempunyai misi atau visi kesehatan, menginginkan artikel tentang kesehatan dan sudah tentu menolak artikel-artikel yang keluar dari visi dan misinya itu.

Surat kabar yang mempunyai visi atau misi khusus, seperti khusus kesehatan, ekonomi, olah raga, dan politik dengan sendirinya sudah menunjukan bahwa visi

dan misinya dalam bidang-bidang tersebut sehingga penulis tidak perlu menebak atau mengira-ngira lagi misi dan visi seperti apa yang diemban media tersebut.

Mengapa harus ada visi dan misi? Sebuah koran atau majalah didirikan dengan sebuah idealisme dan cita-cita. Idealisme dan cita-cita koran atau majalah tentu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Konsekuensinya, masing-masing perusahaan surat kabar akan mempunyai sasaran pembaca sesuai dengan idealisme yang dibangunnya.

Sebagai contoh, ada sebuah koran yang mempunyai sasaran pembacanya adalah kelompok pengusaha, ekonom, dan merreka yang berkecimpung di sekitar dunia bisnis, misalnya harian Bisnis Indonesia (di Jakarta), Harian Neraca (di Jakarta), harian Suara Indonesia (di Surabaya). Ada pula sebuah koran yang diperuntukan bagi masyarakat secara umum dan jangkauan pembacanya bersifat nasional, sebagai contoh, Kompas, Republika, Suara karya, Pelita dan lain-lain.

Sebagian koran yang lain diterbitkan untuk memenuhi segmen pembaca yang bersifat lokal, atau terbatas satu daerah tertentu, misalnya harian Jayakarta untuk daerah DKI dan sekitarnya, harian Kedaulatan Rakyat untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, harian Pikiran Rakyat untuk wilayah jawa Barat dan masih banyak lagi.

Aneka ragam jenis dan sasaran sebuah koran menyebabkan pihak redaktur di sebuah koran mempunyai policy tersendiri untuk menampilkan tulisan-tulisan bagi para pembacanya. Maka lahirlah apa yang disebut visi dan misi pada masing-masing media massa. Namun kebanyakan surat kabar atau majalah tidak mengkhususkan dalam bidang tertentu sehingga sulit ditebak atau diperkirakan isinya. Dalam hal ini seorang penulis dituntut untuk jeli dalam melihat apa yang diemban surat kabar atau majalah tersebut. Dengan kata lain, seorang penulis harus cermat melihat, artikel seperti apa yang diinginkan media cetak tersebut. Biasanya permasalahan ini menjadi kendala bagi penulis pemula.

Jika diumpamakan sebuah koran adalah sebuah toko, maka jenis toko biasanya bermacam-macam. Ada toko besi, toko lain, toko kue dan sebagainya. Sebagaimana layaknya sebuah toko, pemilik toko biasanya membutuhkan dagangan untuk dijual kepada pembelinya. Sebuah toko besi tentu hanya akan menerima dagangan-dagangannya yang berkaitan dengan barang-barang yang berupa besi dan sejenisnya. Ia tidak akan menerima dagangannya berupa kain atau kue. Demikian halnya dengan media massa. Ia hanya akan menerima tulisan-tulisan yang sesuai dengan visi serta misi media yang diembannya.

Memang untuk mengetahui visi dari sebuah media massa bukanlah pekerjaan yang gampang . Diperlukan pengamatan yang ciukup dan mungkin akan memakan waktu lama. Akan tetapi dengan mengetahui masing-masing visi yang ada pada media massa akan sangat membantu seorang penulis untuk dapat memilih media mana yang sesuai dengan masalah-masalah yang ditulisnya dan media mana yang kurang sesuai.

Cara sederhana yang mungkin dapat dilakukan untuk mengetahui visi dan misi koran antara lain, pertama, mencari informasi pada para penulis yang sudah sering menulis di salah satu media. Kedua, mengamatio sendiri, misalnya dengan berlangganan satu koran kemudian dipelajari model-model tulisan yang ada di dalamnya. Ketiga, berdasarkan pengalaman. Di sini penulis terjun langsuing, dengan cara terus menerus menulis pada beberapa media yang diinginkan. Jika tulisan tidak dimuat atau biasanya kemudian dikembalikan, itu pertanda tulisan itu tidak sesuai dengan keinginan redaktur. Dan jika hal ini dilakukan terus-menerus, seorang penulis akan menjadi tahu jenis-jenis tulisan mana yang sesuai dengan koran dan mana yang tidak sesuai. Akan tetapi perlu diingat, sebuah tulisan yang tidak diomuat belum tentu tidak sesuai dengan visi sebuah koran, bisa jadi hal tersebut disebabkan oleh banyaknya penulis yang menulis pada satu persoalan yang dianggap sama. Sehingga dengan terpaksa tulisan kita yang dikalahkan. Atau barangkali ada sebab-sebab lain.

Diantara sejumlah masalah yang menjadi pertimbangan bagai redaktur sebuah koran untuk dimuatnya sebuah tulisan, antara lain, tema atau topik tulisan , gaya bahasa, keaktualan persoalan yang dibahas, kesesuaian isi atau materi tulisan dengan latar belakang keilmuan penulis, dan sebagainya. Dengan mengetahui kodel-model tulisan yang disukai atau menjadi visi berbagai macam koran , berarti memberi peluang lebih besar untuk dapat dimuatnya tulisan-tulisan yang kita buat. (Ahmad Bahar: 1996).

Dengan mengetahui visi dan misi suatu media, seorang penulis sudah bisa menghemat tenaga dan mengefisienkan waktu. Karena jika artikel salah kirim, bukan saja rugi waktu tapi juga rugi tenaga dan uang.

Untuk iu selayaknya sebelum artikel dibuat, seorang penulis harus pandai memprediksi, kemana artikel tersebut nantinya dikirim. Bahkan seorang penulis profesional bukan hanya sebatas mengetahui visi dan misi suatu media, tetapi gaya bahasa dan model judul suatu media sudah berada dalam pikirannya. Hal ini memang sulit untuk penulis pemula, namun jika rajin mengamati setiap media cetak dan terbiasa membuat artikel, lambat laun akan memahaminya.

4. Strategi Pengiriman Tulisan
Tidak jarang tulisan yang secara isi pantas dimuat, namun kemudian dikembalikan, karena tidak mungkin memuatnya pada waktu yang tepat berhubung terbatasnya ruang atau berbenturan dengan tulisan lain, yang dipandang redaksi lebih baik.

Untuk lebih memperbesar kemungkianan pemuatan tulisan kita di media massa, maka selain kita memperhatikan moment yang tepat, hendaknya kita juga tidak cuma membuat kemudian menunggu satu tulisan. Buatlah terus beberapa tulisan yang berbeda-beda, sebarkan ke berbagai media massa. Untuk pemilihan medianya sendiri, bagi pemula ada baiknya, yang skupnya lokal terlebih dulu, dengan bonaviditas memilih mulai yang paling rendah.

Ada beberapa keuntungan penulis pemula mengirimkan tulisannya kemedia lokal, atau media yang masih berkembang, diantaranya:
a. Saingan tidak terlalu banyak dan tidak terlalu berat;
b. Redaksi juga lebih banyak kesempatan untuk membantu mengkoreksi tulisan kita
c. Peluang pemuatan akan lebih besar. Sementara dengan dimuatnya tulisan kita, tentu akan menambah motivasi baru untuk lebih produktif lagi dan lebih berkualis lagi dalam menulis.

by Aef Kusnawan

Menyiasati Peluang Diterbitkan (2)

2. Mengaktualkan Tulisan
Mengenai.aktualitas sendiri bisa dipahami dalam dua hal:

Pertama, tidak teragenda. Masalah aktual seperti ini yang berkaitan dengan kejadian yang ada di tengah-tengah masyarakat, seperti dengan terjadinya kasus bom, kasus narkoba, kekeringan, wabah penyakit, banjir besar, banyaknya demonstrasi, kenaikan harga BBM dan sebagainya.

Kedua, aktual teragenda. Aktualitas ini berkaitan dengan adanya hari-hari tertentu, seperti hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Isra Mi’raj atau hari-hari Nasional dan dunia yang monumental.

Ketiga, menyimak tajuk rencana suatu media. Sebagaimana dimaklum bahwa tajuk rencana adalah tulisan opini yang isinya mengulas hal-hal aktual yang dibuat oleh pihak redaksi suatu media.

Apa yang ditulisnya merupakan ulasan terhadap fenomena yang menarik perhatian media itu. Oleh sebab itu, jika penulis menghendaki aktualitas dalam tulisannya, akan ia peroleh dengan memperhatikan apa yang tengah banyak disoroti oleh media yang akan dikirimi tulisan olehnya.

Jika semua itu diperhatikan, maka ia akan menjadi salah satu daya tarik bagi pihak redaksi untuk lebih menominasikan pemuatan tulisan yang memiliki relevasi dengan kondisi dan situasi yang sedang berkembang. Lebih lanjut tentang akutalitas teragenda dan yang tidak teragenda, berikut uraian tambahannya.

a . Menyiasati Aktualitas tidak Teragenda
Setiap saat ada peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat. Ada yang terkategori kejadian biasa-biasa saja, ada juga yang memerlukan penelaahan, sehingga layak untuk diangkat menjadi bahan tulisan. Persoalannya adalah bagaimana seorang penulis bisa mengetahui permasalahan aktual yang tidak teragenda ini? Ada beberapa langkah untuk itu.

1) Mengamati perkembangan fenomena kehidupan masyarakat secara terus-menerus, misalnya,, tentang kemiskinan masyarakat daerah pinggiran kota dalam kaitannya dengan pola migrasi masyarakat yang bersangkutan. Kemudian ia menyusunnya dalam suatu perencanaan (yang flesibel), baik topik maupun penulis artikelnya.

2) Mengikuti secara cermat perlkembangan symptoms (gejala-gejala) yang muncul dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, munculnya berbagai kegiatan demonstrasi, pemogokan tenaga kerja, serta berbagai langkah yang dilakukan para da’i kontemporer. Lalu ia menyususnnya dalam suatu perencanaan (yang flesibel).

3) Mengikuti secara cermat perkemabnagn trend (kecenderungan) yang muncul dalam kehidupan masyarakat, misalnya, maraknya kegiatan dakwah kampus, play station, pmakaian internet, dan lain-lain. Lalu ia menyususnnya dalam suatu perencanaan yang fleksibel.

4) Mengikuti secara cermat, munculnya peristiwa-peristiwa monumental. Misalnya, pengumuman kenaikan harga BBM, kelahiran undang-undang baru, serta peristiwa lainnya yang menimbulkan berita tinggi. Lalu ia menyususnnya dalam suatu perencanaan yang fleksibel.

b. Menyiasati Aktualitas Teragenda
Ada sejumlah peristiwa aktual yang senantiasa teragenda. Keteragendaannya terjadi karena ia biasa hadir tiap tahun. Untuk itu sebaiknya penulis menyadari benar tentang hal ini, dengan melakukan beberapa hal.

1) Menyusun rencana topik artikel untuk peristiwa-periistiwa kalenderium tahunan, baik hari besar agama, hari peringatan nasional maupun internasional.

2) Menyusun rencana topik tulisan untuk moment-moment tersebut.
Untuk lebih jelasnya berikut ini, diketengahkan hari-hari yang merupakan agenda tahunan, khususnya hari-hari besar agama, nasional, dan beberapa hari internasional. Berikut uraiannya :

Tanggal Moment
1 Januari Hari Tahun Baru Masehi
15 Januari Hari Pertempuran Laut Aru
22 Pebruari Hari lahir Lord Baden Powell
9 Maret Hari Pramuka
10 Maret Hari Film Nasional
15 Maret Hari Nyepi Hindu
25 Maret Hari Raya Nyepi
6 April Hari Nelayan Nasional
7 Aril Hari Kesehatan Sedunia
9 April Hari Penerbangan Nasional
13 April Wafat Isa Al-Masih
21 April Hari Kartini
1 Mei Hari Buruh Internasional
Hari Kembalinya Irian ke RI
2 Mei Hari Pendidikan Nasional
8 Mei Hari PMI se-Dunia
7 Mei Hari Raya Waisak
15 Mei Hari Kebangkitan Nasional
21 Mei Hari Buku Nasional
24 Mei Kenaikan Isa Al-Masih
28 Mei Hari Waisak (Budha)
1 Juni Hari Lahirnya Pancasila
17 Juni Hari Kanak-kanak Nasional
21 Juni Hari Krida Pertanian
1 Juli Hari Bhayangkara
5 Juli Hari Berdirinya BI
12 Juli Hari Koperasi
22 Juli Hari Kejaksaan
10 Agustus Hari Veteran RI
14 Agustus Hari Pramuka
17 Agustus Hari Kemerdekaan RI
19 Agustus Hari Deplu
24 Agustus Hari Televisi RI
11 September Hari Radio
16 September Hari Sandang
17 September Hari Perhubungan
23 September Hari Bahari
27 September Hari Postel
28 September Hari Kereta Api
29 September Hari Sarjana
1 Oktober Hari Kesaktian Pancasila
5 Oktober Hari ABRI
24 Oktober Hari PBB
28 Oktober Hari Sumpah Pemuda
30 Oktober Hri Keuangan
31 Oktober Hari Tabungan Nasional
10 Nopember Hari Pahlawan
12 Nopember Hari Kesehatan Nasional
20 Nopember Hari Kanak-kanak se Dunia
10 Desember Hari HAM
20 Desember Hari Sosial
22 Desember Hari Ibu
25 Desember Hari Natal
1 Hijriyah Hari Tahun Baru Hiriyah
12 Rabiul Awwal Maulid Nabi Muhammad SAW
27 Rajab Hari Isra Mi’raj
1 Syawal Hari Idul Fitri
10 Zulhijah Hari Idul Qurban

3. Mengenal Visi dan Missi Media Massa
“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat.” (QS. Fathir: 19).

Setiap surat kabar dan majalah mempunyai visi atau pandangan dan mempunyai arah kebijaksanaan atau misi tertentu yang berbeda. Warna tulisan yang diinginkan dari para penulis artikel, tentunya yang sesuai dengan visi dan misi yang diemban media cetak tersebut. Artinya, seorang harus fleksibel, mengetahui dengan jelas artikel seperti apa yang diinginkan suatu media. Majalah atau surat kabar yang mempunyai misi atau visi kesehatan, menginginkan artikel tentang kesehatan dan sudah tentu menolak artikel-artikel yang keluar dari visi dan misinya itu.

Surat kabar yang mempunyai visi atau misi khusus, seperti khusus kesehatan, ekonomi, olah raga, dan politik dengan sendirinya sudah menunjukan bahwa visi dan misinya dalam bidang-bidang tersebut sehingga penulis tidak perlu menebak atau mengira-ngira lagi misi dan visi seperti apa yang diemban media tersebut.

Mengapa harus ada visi dan misi? Sebuah koran atau majalah didirikan dengan sebuah idealisme dan cita-cita. Idealisme dan cita-cita koran atau majalah tentu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Konsekuensinya, masing-masing perusahaan surat kabar akan mempunyai sasaran pembaca sesuai dengan idealisme yang dibangunnya.

Sebagai contoh, ada sebuah koran yang mempunyai sasaran pembacanya adalah kelompok pengusaha, ekonom, dan merreka yang berkecimpung di sekitar dunia bisnis, misalnya harian Bisnis Indonesia (di Jakarta), Harian Neraca (di Jakarta), harian Suara Indonesia (di Surabaya). Ada pula sebuah koran yang diperuntukan bagi masyarakat secara umum dan jangkauan pembacanya bersifat nasional, sebagai contoh, Kompas, Republika, Suara karya, Pelita dan lain-lain.

Sebagian koran yang lain diterbitkan untuk memenuhi segmen pembaca yang bersifat lokal, atau terbatas satu daerah tertentu, misalnya harian Jayakarta untuk daerah DKI dan sekitarnya, harian Kedaulatan Rakyat untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, harian Pikiran Rakyat untuk wilayah jawa Barat dan masih banyak lagi.

Aneka ragam jenis dan sasaran sebuah koran menyebabkan pihak redaktur di sebuah koran mempunyai policy tersendiri untuk menampilkan tulisan-tulisan bagi para pembacanya. Maka lahirlah apa yang disebut visi dan misi pada masing-masing media massa. Namun kebanyakan surat kabar atau majalah tidak mengkhususkan dalam bidang tertentu sehingga sulit ditebak atau diperkirakan isinya. Dalam hal ini seorang penulis dituntut untuk jeli dalam melihat apa yang diemban surat kabar atau majalah tersebut. Dengan kata lain, seorang penulis harus cermat melihat, artikel seperti apa yang diinginkan media cetak tersebut. Biasanya permasalahan ini menjadi kendala bagi penulis pemula.

Jika diumpamakan sebuah koran adalah sebuah toko, maka jenis toko biasanya bermacam-macam. Ada toko besi, toko lain, toko kue dan sebagainya. Sebagaimana layaknya sebuah toko, pemilik toko biasanya membutuhkan dagangan untuk dijual kepada pembelinya. Sebuah toko besi tentu hanya akan menerima dagangan-dagangannya yang berkaitan dengan barang-barang yang berupa besi dan sejenisnya. Ia tidak akan menerima dagangannya berupa kain atau kue. Demikian halnya dengan media massa. Ia hanya akan menerima tulisan-tulisan yang sesuai dengan visi serta misi media yang diembannya.

Memang untuk mengetahui visi dari sebuah media massa bukanlah pekerjaan yang gampang . Diperlukan pengamatan yang ciukup dan mungkin akan memakan waktu lama. Akan tetapi dengan mengetahui masing-masing visi yang ada pada media massa akan sangat membantu seorang penulis untuk dapat memilih media mana yang sesuai dengan masalah-masalah yang ditulisnya dan media mana yang kurang sesuai.

Cara sederhana yang mungkin dapat dilakukan untuk mengetahui visi dan misi koran antara lain, pertama, mencari informasi pada para penulis yang sudah sering menulis di salah satu media. Kedua, mengamatio sendiri, misalnya dengan berlangganan satu koran kemudian dipelajari model-model tulisan yang ada di dalamnya. Ketiga, berdasarkan pengalaman. Di sini penulis terjun langsuing, dengan cara terus menerus menulis pada beberapa media yang diinginkan. Jika tulisan tidak dimuat atau biasanya kemudian dikembalikan, itu pertanda tulisan itu tidak sesuai dengan keinginan redaktur. Dan jika hal ini dilakukan terus-menerus, seorang penulis akan menjadi tahu jenis-jenis tulisan mana yang sesuai dengan koran dan mana yang tidak sesuai. Akan tetapi perlu diingat, sebuah tulisan yang tidak diomuat belum tentu tidak sesuai dengan visi sebuah koran, bisa jadi hal tersebut disebabkan oleh banyaknya penulis yang menulis pada satu persoalan yang dianggap sama. Sehingga dengan terpaksa tulisan kita yang dikalahkan. Atau barangkali ada sebab-sebab lain.

Diantara sejumlah masalah yang menjadi pertimbangan bagai redaktur sebuah koran untuk dimuatnya sebuah tulisan, antara lain, tema atau topik tulisan , gaya bahasa, keaktualan persoalan yang dibahas, kesesuaian isi atau materi tulisan dengan latar belakang keilmuan penulis, dan sebagainya. Dengan mengetahui kodel-model tulisan yang disukai atau menjadi visi berbagai macam koran , berarti memberi peluang lebih besar untuk dapat dimuatnya tulisan-tulisan yang kita buat. (Ahmad Bahar: 1996).

Dengan mengetahui visi dan misi suatu media, seorang penulis sudah bisa menghemat tenaga dan mengefisienkan waktu. Karena jika artikel salah kirim, bukan saja rugi waktu tapi juga rugi tenaga dan uang.

Untuk iu selayaknya sebelum artikel dibuat, seorang penulis harus pandai memprediksi, kemana artikel tersebut nantinya dikirim. Bahkan seorang penulis profesional bukan hanya sebatas mengetahui visi dan misi suatu media, tetapi gaya bahasa dan model judul suatu media sudah berada dalam pikirannya. Hal ini memang sulit untuk penulis pemula, namun jika rajin mengamati setiap media cetak dan terbiasa membuat artikel, lambat laun akan memahaminya.

4. Strategi Pengiriman Tulisan
Tidak jarang tulisan yang secara isi pantas dimuat, namun kemudian dikembalikan, karena tidak mungkin memuatnya pada waktu yang tepat berhubung terbatasnya ruang atau berbenturan dengan tulisan lain, yang dipandang redaksi lebih baik.

Untuk lebih memperbesar kemungkianan pemuatan tulisan kita di media massa, maka selain kita memperhatikan moment yang tepat, hendaknya kita juga tidak cuma membuat kemudian menunggu satu tulisan. Buatlah terus beberapa tulisan yang berbeda-beda, sebarkan ke berbagai media massa. Untuk pemilihan medianya sendiri, bagi pemula ada baiknya, yang skupnya lokal terlebih dulu, dengan bonaviditas memilih mulai yang paling rendah.

Ada beberapa keuntungan penulis pemula mengirimkan tulisannya kemedia lokal, atau media yang masih berkembang, diantaranya:
a. Saingan tidak terlalu banyak dan tidak terlalu berat;
b. Redaksi juga lebih banyak kesempatan untuk membantu mengkoreksi tulisan kita
c. Peluang pemuatan akan lebih besar. Sementara dengan dimuatnya tulisan kita, tentu akan menambah motivasi baru untuk lebih produktif lagi dan lebih berkualis lagi dalam menulis.

by Aef Kusnawan

Menyiasati Peluang Diterbitkan (1)


Setiap penulis memiliki harapan, tulisan yang dikirimkannya dapat dimuat. Hal itu merupakan suatu kewajaran. Namun dalalam kenyataan, tidak jarang tulisan yang dikirim itu tidak dimuat atau dikembalikan. Banyak kemungkinan alasan mengapa suatu tulisan yang dikirim tidak dimuat. Diantara kemungkinan itu bisa jadi karena beberapa sebab.

1. Tulisan tidak memenuhi kriteria penulisan;
2. Tulisan sejenis, jumlahnya banyak, sehingga perlu bersaing dengan tulisan yang lebih baik;
3. Tidak aktual;
4. Tidak sesuai dengan visi-misi media.

Oleh karena itu, setiap media biasa mengadakan seleksi terhadap sejumlah tulisan yang masuk. Untuk membangun seleksi yang objektif, redaksi media cetak umumnya memiliki kriteria tentang tulisan yang layak

muat. Kriteria umum tersebut penting untuk disikapi oleh setiap penulis dakwah.

1. Memenuhi Kriteria Tulisan
Ada beberapa kriteria umum tulisan yang biasanya diterapkan diberbagai media cetak. Kriteria itu sebagai seleksi awal bagi layak tidaknya suatu pemuatan tulisan.

a. Kriteria umum
1) tulisan asli, bukan jiplakan/ saduran/ terjemahan, belum pernah dimuat dalam penerbitan lain, dan hanya ditulis/ dikirim khusus untuk penerbit itu.
2) mengandung unsur baru, baik data konkret, pandangan baru, saran-saran, dan atau opini.
3) Gagasan tulisan menyangkut kepentingan sebagain besar pembaca media.
4) Memiliki kelengkapan dan kedalaman fakta, yang diperlukan, ntuk mendukung ide pokok.
5) Memiliki akurasi fakta yang diperlukan.
6) Tidak memiliki, bagian pargraf, kalimat, atau kata, yang memungkinkan diperkarakan.
7) Memenuhi aspek-aspek yang menyangkut etika Jurnalistik dan tidak bernuansa “SARA”.
8) Berakibat baik bagi pendidikan publik.

b. Kriteria Teknis.
1) Struktur tulisan uraiannya telah terorganisir dengan baik.
2) Lead telah berfungsi secara akurat dalam membangkitkan orang untuk membaca.
3) Bahasa yang dipakai telah sesuai dengan kaidah pemakaian bahasa jurnalistik, terutama hematdan jelas.
4) Penembpatan dan formulasi topic sentence dalam suatu paragraf telah tepat.
5) “Jembatan” atau “kata penghubung” telah sesuai.
6) Tidak ada kata yang menimbulkan misleading.
7) Penggunaan EYD sudah tepat.
8) Penembatan, sesuatu yang detail dan yang tidak perlu detail diposisikan secara tepat.
9) Penempata fakta yang benar.
10) Penempata anak judul yang pas (jika diperlukan).
11) Cara penyajian tulisan opini tidak berkepanjangan tapi padat, singkat, mudah ditangkap, gaya enak dibaca. Panjang artikel 0pini maksimal 5,5 halaman kwarto, 5 halaman kwarto untuk resensi buku, kolom 4- 5 halaman dan 8 halaman untuk cerpen, Semuanya ditulis dengan ketikan 2 spasi, dengan tulisan yang jelas, rapi dan bersih, tanpa coretan maupun tip-ex.
12) Kalimat penutup, telah tepat, dan memberi kesan pada pembaca.

Jika suatu tulisan telah memenuhi kriteria itu, maka ada harapan untuk dimuat. Namun jika belum terpenuhi, sebaiknya kita menulis ulang, untuk memperbaiki hal-hal yang masih janggal. Akan tetapi masih ada lagi yang perlu diperhatikan yaitu bernilai aktual.

by Aef Kusnawan

Write Articles That Get Results





It's no secret that writing and publishing helpful articles is one of the best ways to promote your business. Writing articles can:

* Establish you as an expert in your field.

* Get your name and your company name in front of potential clients who you may never have been able to contact otherwise.

* Create valuable content for you to share with potential clients or convert into speeches and other marketing strategies.

Writing articles for local business publications, trade magazines, newsletters, and Web sites that reach your target audience can be a powerful piece of your marketing plan. But following through can be more difficult than it sounds, as many people hate writing or have a hard time just figuring out where to begin. Plenty of business owners and marketers hire outside firms or freelance writers

(like The WriteShop, www.writeshoponline.com) to write articles for them, which can be a time-saving solution. But if you want to write your own articles, it can be tough to know where to begin. These five tips may help you stay focused and get the job done.

1. Narrow your topic. In each article, be sure to address only one main idea -maybe you focus on one problem your readers have, or one solution that may work for them. Trying to cover too many topics in one article just causes confusion. Whenever you find yourself going off on an unrelated tangent, turn that tangent into another, separate article for future use.

2. Write in conversational style. Keep your audience in mind and try to write for them the way you'd speak to them. For most business writing, an informal, conversational style is preferable, especially if your article will be published on the Web. Remember that you want your article to be accessible and understandable for your target audience. Shorter sentences and language that is easy to grasp quickly will have better results than long diatribes full of words that require a dictionary.

3. Offer genuine, helpful information. While your articles are tools to help market your business, they are not advertisements. Don't fill your articles with promotional material about your company, or your readers will quickly lose interest. Instead, offer them real insight, tips, or advice that shows them you know what you're talking about. Their interest in your company and what you can do for them will come; but for the sake of your article, focus on providing information they can use.

4. Be brief. Especially when writing for the Web, brevity is crucial. Before sending any article for publication, read through it several times and cut out any unnecessary words. For instance, the word "that" can be eliminated in most cases. Make sure every word counts, and every sentence is meaningful and helpful for communicating your main idea.

5. Distribute, distribute, distribute. Finally, writing an article doesn't do any good unless you get it in front of your target audience. In addition to publishing your articles on your own Web site or in your newsletter, consider sending them to publishers of print and electronic newsletters, and submit them to Web sites that publish articles on your topic. See the Resource Box below for ideas of specific Web sites where you may want to submit your articles. And remember to always include your contact information so that readers will know how to reach you.

Hopefully, these tips will get you on your way to publishing plenty of articles that will get noticed and yield results. But if you'd like even more direction to get you started, contact The WriteShop for information about our inexpensive special report, "Article Starter: A Resource Guide to Writing Business Articles That Get Results." E-mail us today at info@writeshoponline.com.

Jika Naskah Ditolak




Kembali kita kuatkan keyakinan naskah ditolak bukanlah akhir segalanya. Yang demikian itu hanyalah proses rute yang harus dilalui sebelum berhasil adalah kenyataan wajib yang mesti dialami. Lantas apa saja langkah-langkahnya?

Pertama, dokumentasikan naskah-naskah itu, jangan sampai dibuang. Belum tentu ide yang terkandung dalam tulisan tersebut bisa ketemu di lain waktu. Percayalah ide itu amat mahal. Untuk mendapatkan ide terkadang para penulis membayar mahal karena harus pergi ke tempat tertentu. Dari sudut falsafah, ide bagus tidak bisa dibandingkan dengan rupiah.

Kedua, memperbaiki naskah. Sering kali kita menganggap saat merampungkan naskah, terasa sudah sempurna. Tidak terdapat kekurangan. Seolah-olah berani diuji dengan rekan lainnya. Namun selang beberapa waktu (bisa jadi hitungan tahun) kok lucu, di sana-sini nggak nyambung. Saat tahu kondisi tersebut, inilah kesempatan untuk memperbaikinya.



Ketiga, bandingkan dengan tulisan-tulisan lain yang dimuat. Selera redaktur sangat menentukan. Dengan segala keobyektifan dan kesubyektifan menjadi kata kunci. Karenanya, mempelajari tulisan yang dimuat itu penting. Koran, tabloid atau majalah masing-masing punya karakter tersendiri. Bila tulisan yang kita kirim sama “nafasnya”, besar peluang untuk diterima.

Keempat, melengkapi sumber tulisan. Menambah banyak warna pasti makin meriah. Sangatlah penting untuk membaca, mencatat, atau memiliki ensiklopedi, info terkini, dan bahan-bahan (buku) rujukan yang biasanya dijadikan sumber utama (standar).

Simak tulisan Jalaluddin Rakhmat. Kiai yang pakar komunikasi itu jika membuat tulisan kaya dengan berbagai tinjauan. Misal, ia menulis tentang “istiqomah”, tapi tidak sebatas menggunakan dalil naqli (Al-Qur’an, As-Sunnah) saja. Beliau mengurai dengan pendekatan sejarah, psikologi, logika, budaya dan data-data teranyar.

Sangatlah penting untuk membaca, mencatat atau memiliki ensiklopedia, internet, media massa terbitan baru, info terkini dan bahan-bahan (buku) rujukan yang biasa dijadikan sumber utama (standar).

Kelima, membebaskan tulisan dari teori baku. Memang penulis pemula sangat meniru gaya idola penulis pujaanya. Kata Aristoteles, meniru adalah awal dari sebuah seni.

Pada urutan kelima ini bukan berarti meniadakan teori-teori yang sudah ada. Teori menulis yang sudah dipelajari tetap kita pertahankan. Cuma jangan terpaku. Masih ada teori atau gaya lain. di luar negeri terdapat teori bernama teori lingkaran. Belakangan antara lain dikenalkan oleh DR. Dedi Supriadi. Untuk menuju ke titik tengah lingkaran, kita boleh memasukinya dari garis mana saja. Sederhananya, banyak cara untuk menulis. Keterkaitan dengan unsur emosi ini bisa membuat tulisan lebih segar dan renyah. Contoh, biasanya dari umum ke khusus, kita dapat memulai dari khusus ke umum.

Keenam, rutin menulis lagi. Sudah menjadi alasan klasik untuk menyembunyikan diri dari ketidakberdayaan dalam olah tulis menulis. “Waktu saya tersita, besoklah saya akan memulai”, betapa sering kita mendengar kata-kata itu. Padahal mulanya menggebu-gebu sesemangat 45.

Para penulis sukses di tengah kesibukannya menyediakan waktu khusus unutk menulis. Ada yang sehari menulis 3 – 4 jam sehari.Yus R. Ismail mengagumi rekannya seorang cerpenis belia aktivis Forum Lingkar Pena (FLP). Ia menulis setiap dini hari usai shalat malam sampai menjelang waktu shubuh. Hasilnya menakjubkan, kawan kita ini (masih SMU) sudah menulis empat buku.

Ketujuh, adakah silaturahmi dengan para penulis yang jadi atau milih profesi menulis sebagai pilihan mencari nafkah.

Langkah ini sangat membantu. Banyak yang menyangka orang tenar sulit dihubungi. Benar, tapi bukan berarti tidak bisa sama sekali. Pasti ada dan menerima kesempatan unuk kita. Kita mendapatkan berbagai pengalaman dan ilmu yang menguatkan “ruh” semangat kepenulisan.

Saya pernah mengunjungi tempat aktivitas dan bertemu dengan sosok penulis bergengsi negeri ini, antara lain: Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, Gola Gong, Amin Rais, Kuntowijoyo dan sejumlah penullis kawakan yang berdomisili di Bandung. Alhamdullillah, dari beliau-beliau saya memperoleh tambahan tenaga berlipat-lipat. Meski ratusan naskah saya ditolak, saya bersyukur semangat dan kreativitas tulis menulis masih terpelihara. Lumayan, sudah belasan media yang mempublikasikan. Dan teramat yakin bilangan angka terus menanjak.

Tidak ada alasan untuk berhenti menulis. Cuma karena belum dimuat. Menulis kembali dan kembalilah menulis. Penolakan naskah itu persyaratan wajib bagi siapa saja yang ingin sukses menulis. Selamat menulis.

By Lilis Nihwan

Strategi Mengirim Naskah Buku Ke Penerbit


Apa yang dilakukan setelah naskah rampung dibuat? tentu saja mengirimkannya ke penerbit buku. Apalah artinya naskah bagus jika hanya untuk koleksi pribadi.

Dalam pengiriman naskah, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Menentukan penerbit yang tepat
Setelah naskah itu sempurna, berikutnya dikirim ke penerbit. Dalam hal ini jangan salah mengirim naskah. Naskah Anda harus dikirim ke penerbit yang sesuai dengan jenis buku Anda. Penerbit buku ada beberapa kategori, yaitu penerbit buku anak-anak, buku pelajaran (SD, SLTP dan SMU), buku perguruan tinggi, buku agama, dan penerbit buku umum. Memastikan kategori sebuah penerbitan, dapat Anda lihat dari katalog bukunya.


b. Menyertakan kelengkapan pengajuan
Setelah menentukan penerbit yang cocok untuk buku Anda, langkah berikutnya mengirimkan naskah ke penerbit tersebut. Namun sebelum naskah itu dikirim, lengkapi dulu dengan berbagai kelengkapan berikut ini:

1) surat pengantar
Penyertaan surat pengantar penting, terutama yang baru pertama kali mengajukan naskah ke penerbit itu. Surat pengantar adalah etika yang harus disertakan yang berfungsi sebagai prolog kerjasama antara penerbit dan penulis. Format surat pengantar ini terserah penulis, yang penting berisi pengajuan naskah.

2) menyertakan identitas diri
Identitas yang dimaksud menyangkut latar belakang pendidikan, pekerjaan, pengalaman menulis, karya-karya yang pernah diterbitkan (jika ada), termasuk ide penulisan buku yang diajukan.

3) sinopsis naskah
Editor sebuah penerbitan biasanya tidak langsung membaca naskah buku Anda, sekalipun Anda penulis ternama. Biasanya diperhatikan dulu sinopsis atau ringkasan dari buku yang Anda tulis. Untuk itu jangan lupa menyertakan sonopsis ini.
c. Pengiriman Naskah
Naskah yang sudah siap termasuk sudah dilengkapi kelengkapan di atas, segera kirimkan ke penerbit yang Anda maksud. Pengiriman naskah dapat diantar langsung atau via pos/kurir.

By Abu Al-Ghifari

Etika Menulis


Di dunia ini hampir tidak ada suatu pekerjaan pun yang dilakukan tanpa etika. Profesi dokter punya etika, guru, sopir, karyawan pabrik, masinis, dan masih banyak lagi, semuanya ada aturan main baik secara tertulis maupun tidak.

Keberadaan suatu etika pada umumnya didasarkan pada itikad baik untuk kebaikan bersama. Dengan adanya itikad baik itu diharapkan masyarakat dapat menggunakan etika tersebut sebagai acuan dalam setiap perbuatan yang dilakukan berkaitan dengan pekerjaan dan profesinya itu.

Mentaati etika dari sebuah profesi, dapat diartikan sebagai sebuah usaha untuk menghargai dan loyal terhadap profesi yang ditekuni seseorang. Sebab jika seseorang melanggar etika profesi yang telah menjadi


kesepakatan bersama, ia dianggap menyimpang dan tidak loyal lagi pada profesinya. Hal tersebut berakibat kurang dihargainya kredibilitas seseorang yang melanggar etika itu.

Profesi sebagai penulis juga mempunyai etika. Akan tetapi etika profesi penulis ini belum baku sebagaimana etika profesi yang telah mapan lainnya. Seperti etika profesi dokter, etika profesi wartawan, etika profesi guru dan sebagainya. Belum mapannya etika profesi penulis ini disebabkan masih merupakan profesi baru dan belum berkembang sebagaimana profesi lainnya di Indonesia.

Aturan main adalah dunia kepenulisan ini secara garis besar dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Materi dan gagasan penulisan hendaknya tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila dan peraturan yang berlaku lainnya.

2. Isi tulisan tidak menyinggung kebersamaan dalam kerukunan sesama warga negara dan warga masyarakat secara keseluruhan, seperti misalnya masalah SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan).

3. Seorang penulis hendaknya bersikap jujur dalam segala hal yang berkaitan dengan materi kepenulisannya. Misalnya berkaitan dengan penyebutan identitas diri, penyebutan pekerjaan, penyebutan alamat tempat tinggal, status jabatan dan sebagainya. Ketidakjujuran seorang penulis akan merugikan dirinya sendiri.

4. Mengirim tulisan dengan ketikan rapi, tanpa banyak coretan.

5. Menggunakan bahasa yang baik dan benar.

6. Tidak melanggar hak cipta orang lain. Seperti menjiplak, mengutip tanpa disebutkan sumbernya, dan hal-hal semacam itu.

7. Tidak mengirim tulisan yang sama kepada media yang lain. Kecuali telah mempunyai kesepakatan dengan pihak yang terkait. Perlu diketahui bahwa sebenarnya hal ini belum diundangkan secara baku, tetapi masih merupakan konvensi atau aturan tak tertulis di masing-masing media. Konsekuensi jika penulis ketahuan menulis dengan tulisan yang sama di media berbeda, biasanya ia akan dikenakan sanksi yang biasa disebut black list atau daftar hitam. Artinya jika seseorang telah terkena daftar hitam ini pada media tertentu, maka tulisan-tulisannya tidak akan dimuat pada media tersebut dalam jangka waktu tertentu.(x8rtp7ugcz)

By Abu Al-Ghifari