Rabu, 08 Juli 2009

ANUGERAH PENA FLP


ANUGERAH PENA merupakan penghargaan yang
diberikan FLP kepada kepada karya-karya terpuji yang dihasilkan oleh
anggota FLP. Ini adalah penyelenggaraan untuk ketiga kalinya, dan terangkai dalam hajatan Musyawarah Nasional (Munas) II FLP, 14-16 Agustus 2009 di Solo, Jawa Tengah.

Kategori-kategori Anugerah
Pena adalah:
Karya Fiksi TerpujiKarya Nonfiksi TerpujiCerpen TerpujiEsai Kritik terpujiPenulis TerpujiTokoh Sastrawan
TerpujiFLP Cabang Terpuji

Ketentuan pengajuan kandidat
pada setiap kategori di atas adalah:

1) Untuk kategori fiksi
dan non fiksi terpuji
Penulis secara individu
boleh mengirimkan karyanya atau bisa juga diajukan oleh cabang atau
wilayahnyaHarus mengirimkan
novel/buku aslinya beserta data penulisnyaPengirima n novel/buku
aslinya ditujukan pada:

d/a Rahmadiyanti
Jl. Raya Jagakarsa (Simadakarsa)
No. A-1
Jakarta Selatan 12620


2) Untuk kategori esai dan cerpen terpuji
- Penulis dapat mengirim naskahnya
secara perorangan atau bisa diajukan oleh cabang atau wilayahnya
- Harus mengirimkan bukti terbitnya
esai dan cerpen tersebut di media massa berupa kliping koran/majalahnya
Pengiriman bukti
terbit/kliping koran/majalah ditujukan pada:

d/a Rahmadiyanti
Jl. Raya Jagakarsa (Simadakarsa)
No. A-1
Jakarta Selatan 12620
dan softcopy naskahnya
dikirimkan ke email flp.pusat@gmail. com

3) Untuk kategori penulis terpuji, tokoh sastrawan terpuji, dan FLP cabang terpuji, ditentukan berdasar rekomendasi dari pengurus dan anggota FLP.

Panitia menunggu kiriman dan rekomendasi dari teman-teman, maksimal 29 Juli 2009. Untuk pertanyaan lebih lanjut, dapat dikirim via: flp.pusat@gmail. com.
salam,Panitia

Minggu, 28 Juni 2009

Beli Buku Digital secara Online



Oleh : Ali margosim

Beli buku secara online memang belum popular di tengah-tengah masyarakat kita. Masyarakat masih cenderung untuk berbelanja apa pun saja yang fisiknya dapat dilihat dan diraba/dipegang. Saya kira hal ini syarat mutlak. Begitupula halnya dengan berbelanja buku. Buku yang dicetak dalam bentuk hardcopy (print out), itulah buku yang dikenal oleh masyarakat kita pada umumnya.
Sementara kemajuan teknologi menghendaki keefisienan dan keefektifan yang lebih dalam berbagai hal. Kecanggihan produk, waktu yang relative pendek, biaya yang murah dan kemudahan dalam penggunaan menjadi daya tawar dari kemajuan teknologi, sehingga zaman kini lebih tepatnya disebut dengan zaman digital.
Sekarang dan kedepannya, dengan teknologi digital ini memungkinkan orang untuk melakukan banyak hal dulunya dianggap mustahil. Seperti halnya seorang mahasiswa, dosen atau guru mampu membawa ratusan bahkan ribuan buku yang beratnya hanya seberat laptop atau flash disk mereka. Ya, ratusan buku bahkan ribuan buku mereka tersebut dalam bentuk buku digital. Sangat berbeda halnya dengan hardbook (buku print out/buku yang ada di tangan anda sekarang), paling kuat anda membawanya antara 5-10 buku. Itu sangat memberatkan tentunya.
Pada kenyataannya, hanya sebagian kecil diantara kita yang masih setia menenteng banyak buku ke kampus, sekolah, kantor atau kemana pun. Hal ini sudah menjadi bukti kuat bahwa telah terjadi transisi yang besar dari zaman manual ke zaman digital, layaknya sekarang.
Walau buku digital cukup praktis, efisiensi waktu, efektif dan murah, kita tetap mengakui ada kelemahannya. Kelemahan buku digital adalah pada daya tahan baca kita di depan layar/monitor, banyak diantara kita yang bila telah membaca lebih dari satu jam matanya mulai lelah. Dan, kelemahan berikutnya jumlah computer/laptop atau PC lainnya yang masih kurang di tengah-tengah masyarakat.
Beli buku secara online. Dalam hal ini kita kenal amazon.com, salah satu toko buku online terbesar di amerika. Kembali ke keilmuan masyarakatnya, diakui maupun tidak ternyata mereka jauh lebih maju dengan masyarakat kita. Mereka sangat antusias dengan online. Kepercayaan mereka terhadap transaksi online tinggi. Bagaimana dengan Indonesia? Masyarakat kita butuh banyak waktu untuk bisa seperti mereka. Masyarakat Indonesia lebih banyak khawatirnya ketimbang percaya.
Mungkin kita butuh memahamkan masyarakat. Saya kira ada hal-hal yang harus diperhatikan ketika berbelanja secara online. Kita bisa memastikan bahwa situs yang menawarkan tersebut bisa dipercaya bukan fiktif belaka. Hal-hal tersebut diantaranya adalah sudah berapa lama situs itu online, baru/lama/sudah dikenal banyak orang, boleh baru asal menyertakan lengkap siapa pemiliknya yang disertai dengan CP yang bisa dihubungi, email dan alamat yang benar-benar ada jika dicari, isi tawaran logis atau tidak mengada-ada.
Amazon.com yang pada awalnya adalah toko buku online kini telah berkembang menjadi Toko Online terbesar yang tidak lagi hanya menjual buku tapi telah meluas hampir semua kebutuhan sehari-hari.
Bagaimana dengan Madinah Publisher.Com? Madinah Publisher.Com adalah penerbit buku-buku digital berkualitas, bergengsi, pertama di Indonesia. MP (Madinah Publisher.Com) menerbitkan naskah-naskah berkualitas dari berbagai jenre sekaligus berperan sebagai Toko Buku Digital. MP membantu menjualkan buku-buku digital anda secara online di berbagai penjuru dunia.
Dengan demikian, beli buku digital lewat online adalah gengsi tersendiri, mudah dan murah. Zaman digital bacaannya tentu buku-buku digital.

Minggu, 21 Juni 2009

Menulis Artikel untuk Mendapatkan uang

by Ali margosim

Bukan suatu rahasia lagi bahwa menulis dan mencetak artikel adalah salah satu jalan untuk mempromosikan bisnis anda. Keuntungan menulis artikel adalah:
Menjadikan anda sebagai seseorang yang ahli di bidangnya
Nama dan perusahaan anda tetap eksis di mata klien, meski anda tidak bisa berhubungan satu dengan yang lain
Menciptakan wahana buat anda untuk bertukar pendapat dengan klien dan strategi pemasaran

Menulis artikel untuk penerbitan lokal, perdagangan majalah, naskah berita, dan Web sites bisa menjadi target penjualan. Tetapi prakteknya tidak semudah teorinya, banyak orang membenci menulis atau tidak mempunyai waktu untuk memulainya. Banyak pula pebisnis dan penjual menyewa jasa perusahaan lain dan penulis lepas.
(seperti situs www.writeshoponline.com) sebuah situs untuk mendapatkan artikel dengan cepat. Tetapi jika ingin membuat sendiri, situs itu bisa menjadi pedoman anda tentang bagaimana anda harus memulai menulis. Ada 5 tips yang bisa menolong untuk tetap fokus dan pekerjaan terselesaikan.
Membatasi topik. Pastikan hanya ada satu ide pokok atau satu masalah yang di fokuskan dalam tiap artikel. Batasi banyak topik untuk menghindari kebingungan. Jika anda merasa membelok ke ide yang lain, maka simpan artikel itu untuk digunakan lain kali
Tulislah dalam bahasa percakapan. Pertahankan audiens berada dalam pikirannya dan cobalah menulis cara agar anda bisa berbicara kepada mereka. Bisnis menulis bisa mengunakan bahasa yang tidak formal. Khususnya artikel yang diterbitkan di Web. Ingat bahwa artikel anda ingin diterima dan dipahami target maka gunakanlah kalimat-kalimat yang singkat dan bahasa yang mudah dipahami akan memperoleh hasil yang bagus dari pada kata-kata asing yang membutuhkan kamus.
Menawarkan informasi. Ketika artikel anda adalah alat untuk membantu bisnis anda dan bukan sebuah iklan , maka jangan mengisinya dengan promosi tentang perusahaan anda, karena pembaca akan kehilangan minatnya. Sebaiknya tawarkan wawasan, tips, atau saran yang membuat mereka tahu tentang apa yang ingin mereka bicarakan. Ketertarikan tentang perusahaan anda dan apa yang bisa anda lakukan akan anda peroleh. Tetapi, untuk kepentingan artikel anda fokuslah dalam mengembangkan informasi yang dapat mereka gunakan.
Persingkatlah, terutama menulis dalam Web, sinkat itu penting. Sebelum mengirim banyak artikel untuk di publikasikan, bacalah beberapa kali dan potonglah bagian yang tidak penting. Pastikan tiap kata dihitung dan tiap kalimat mempunyai arti yang membantu dalam membicarakan ide utama anda.

Semoga tips di atas bisa menjadi cara dalam menerbitkan artikel untuk memeroleh hasil yang baik. Tetapi, jia anda ingin mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi, kontak the writeshop.(x8rtp7ugcz)

The Techniques of How to Write the Radio News Manuscript

by Ali Margosim

Although it is an audio media, the manuscript and the radio news are relation to the process of writing. But, the technique and the form of manuscript are different to another news media.

Because the radio rely on the listener’s ears, so the letter that will be explained must brief, but clear. According to the theory, it called KISS-Keep it short and simple. In order to flexible and sounds good. To write the radio manuscript, it must use a conversation language.

The important things in the writing manuscript are:
Don’t use the compound sentences
Don’t use the negative words
Don’t use the passive sentence
Don’t too much in using numbers especially the difficult numbers. If the fact of being forced, it must be simplied by using words such as around, about, between, more less, etc.
Don’t too much in using abbreviation
Don’t too much in using foreign term
To make easy for the newscaster, write the name, number, or foreign term with the pronunciation. Example 270 can be written in “two hundreds and seventy”. Writer can be written in “wraite”, etc.
The degree or strata usually is not be needed except if it has relation to the news contents
Remember, one news one story, one sentence one idea
Be usual to make an interesting headline to interest the listener
The duration is not too long

Minggu, 07 Juni 2009

MADINAH AWARD 2009


Mari kita sebarkan informasi luar biasa ini !

MADINAH AWARD 2009 merupakan program terdekat Madinah Publisher (MP). Penerbit memberikan penghargaan kepada para penulis lewat RESENSI BUKU.

PERSYARATAN :
1. karya sendiri
2. Untuk semua kalangan
3. Buku yang diresensi adalah buku terpilih Madinah Publisher yaitu Novel "Gelora Kerinduan Dalam Perjamuan Cinta" (GKDPC), buku ini bisa anda dapatkan di www.madinahpublishe r.com
4. Miliki nomor ID anda, yang anda dapatkan dari pembelian Novel GKDPC
5. Pendaftaran mulai 10 juni hingga 25 agustus 2009
6. Resensi ditulis dengan Maksimal 2 halaman, time news roman, A4, Spasi 1,5. sekaligus disertai Biodata lengkap dan nomor ID anda pada halaman terpisah.
7. kirimkan ke admin@madinahpublis her.com, Atau menghubungi Bp Rian ( 0857 273 44444)
8. Peserta TERBATAS, panitia berhak menolak resensi anda bila kuota sudah penuh.

PENGHARGAAN BAGI PEMENANG :

1. Trophi bergengsi Madinah Award 2009
2. Uang tunai senilai Rp 1.000.000 ;
3. Paket hadiah senilai Rp. 250.000;

PENGHARGAAN BAGI SETIAP PESERTA :
1. Paket hadiah senilai Rp. 200.000

note : Keputusan dewan juri tidak dapat diganggu gugat.

Bila anda butuh penjelasan lengkap
HUBUNGI KAMI : Bp Rian ( 0857 273 44444 ), email : penerbit.madinah@ yahoo.com/ admin@madinahpublis her.com

Kamis, 09 April 2009

Teknik Penulisan Naskah Berita Radio

Meskipun merupakan media audio, naskah dan berita radio tidak lepas dari tulis menulis. Hanya saja teknik dan bentuk tulisannya sangat berbeda dengan pembuatan naskah berita media cetak.

Karena radio mengandalkan telinga pendengar yang kemampuannya terbatas, maka tulisan yang disampaikan harus singkat namun jelas. Dalam teori penulisan berita radio, disebut KISS - Keep It Short and Simple. Agar tidak kaku dan enak didengar, untuk menulis naskah berita radio harus menggunakan bahasa tutur atau bahasa percakapan.

Hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam menulis naskah dan berita radio adalah:

* jangan menggunakan kalimat majemuk
* jangan menggunakan kata-kata negatif
* jangan menggunakan kalimat pasif
* jangan terlalu banyak menggunakan angka-angka apalagi angka-angka rumit. jika terpaksa, harus disederhanakan dengan menggunakan kata ’sekitar, berkisar, antara, kurang lebih’ dan lain sebagainya
* jangan terlalu banyak menggunakan singkatan
* jangan terlalu banyak memakai istilah asing
* untuk memudahkan penyiar / newscaster, tulis nama, angka atau istilah dalam bahasa asing sesuai cara bacanya. Misalnya: 270 ditulis duaratus tujuhpuluh. Writer ditulis wraiter, dll
* biasanya pangkat/titel/gelar tidak perlu digunakan, kecuali jika memang terkait erat dengan isi berita
* ingat, satu berita satu cerita, satu kalimat satu ide
* biasakan membuat lead atau kepala berita yang bisa menarik perhatian pendengar.
* durasi berita jangan terlalu panjang

source: radioclinic.com

Menyiasati Peluang Diterbitkan (3)

3. Mengenal Visi dan Missi Media Massa
“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat.” (QS. Fathir: 19).

Setiap surat kabar dan majalah mempunyai visi atau pandangan dan mempunyai arah kebijaksanaan atau misi tertentu yang berbeda. Warna tulisan yang diinginkan dari para penulis artikel, tentunya yang sesuai dengan visi dan misi yang diemban media cetak tersebut. Artinya, seorang harus fleksibel, mengetahui dengan jelas artikel seperti apa yang diinginkan suatu media. Majalah atau surat kabar yang mempunyai misi atau visi kesehatan, menginginkan artikel tentang kesehatan dan sudah tentu menolak artikel-artikel yang keluar dari visi dan misinya itu.

Surat kabar yang mempunyai visi atau misi khusus, seperti khusus kesehatan, ekonomi, olah raga, dan politik dengan sendirinya sudah menunjukan bahwa visi

dan misinya dalam bidang-bidang tersebut sehingga penulis tidak perlu menebak atau mengira-ngira lagi misi dan visi seperti apa yang diemban media tersebut.

Mengapa harus ada visi dan misi? Sebuah koran atau majalah didirikan dengan sebuah idealisme dan cita-cita. Idealisme dan cita-cita koran atau majalah tentu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Konsekuensinya, masing-masing perusahaan surat kabar akan mempunyai sasaran pembaca sesuai dengan idealisme yang dibangunnya.

Sebagai contoh, ada sebuah koran yang mempunyai sasaran pembacanya adalah kelompok pengusaha, ekonom, dan merreka yang berkecimpung di sekitar dunia bisnis, misalnya harian Bisnis Indonesia (di Jakarta), Harian Neraca (di Jakarta), harian Suara Indonesia (di Surabaya). Ada pula sebuah koran yang diperuntukan bagi masyarakat secara umum dan jangkauan pembacanya bersifat nasional, sebagai contoh, Kompas, Republika, Suara karya, Pelita dan lain-lain.

Sebagian koran yang lain diterbitkan untuk memenuhi segmen pembaca yang bersifat lokal, atau terbatas satu daerah tertentu, misalnya harian Jayakarta untuk daerah DKI dan sekitarnya, harian Kedaulatan Rakyat untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, harian Pikiran Rakyat untuk wilayah jawa Barat dan masih banyak lagi.

Aneka ragam jenis dan sasaran sebuah koran menyebabkan pihak redaktur di sebuah koran mempunyai policy tersendiri untuk menampilkan tulisan-tulisan bagi para pembacanya. Maka lahirlah apa yang disebut visi dan misi pada masing-masing media massa. Namun kebanyakan surat kabar atau majalah tidak mengkhususkan dalam bidang tertentu sehingga sulit ditebak atau diperkirakan isinya. Dalam hal ini seorang penulis dituntut untuk jeli dalam melihat apa yang diemban surat kabar atau majalah tersebut. Dengan kata lain, seorang penulis harus cermat melihat, artikel seperti apa yang diinginkan media cetak tersebut. Biasanya permasalahan ini menjadi kendala bagi penulis pemula.

Jika diumpamakan sebuah koran adalah sebuah toko, maka jenis toko biasanya bermacam-macam. Ada toko besi, toko lain, toko kue dan sebagainya. Sebagaimana layaknya sebuah toko, pemilik toko biasanya membutuhkan dagangan untuk dijual kepada pembelinya. Sebuah toko besi tentu hanya akan menerima dagangan-dagangannya yang berkaitan dengan barang-barang yang berupa besi dan sejenisnya. Ia tidak akan menerima dagangannya berupa kain atau kue. Demikian halnya dengan media massa. Ia hanya akan menerima tulisan-tulisan yang sesuai dengan visi serta misi media yang diembannya.

Memang untuk mengetahui visi dari sebuah media massa bukanlah pekerjaan yang gampang . Diperlukan pengamatan yang ciukup dan mungkin akan memakan waktu lama. Akan tetapi dengan mengetahui masing-masing visi yang ada pada media massa akan sangat membantu seorang penulis untuk dapat memilih media mana yang sesuai dengan masalah-masalah yang ditulisnya dan media mana yang kurang sesuai.

Cara sederhana yang mungkin dapat dilakukan untuk mengetahui visi dan misi koran antara lain, pertama, mencari informasi pada para penulis yang sudah sering menulis di salah satu media. Kedua, mengamatio sendiri, misalnya dengan berlangganan satu koran kemudian dipelajari model-model tulisan yang ada di dalamnya. Ketiga, berdasarkan pengalaman. Di sini penulis terjun langsuing, dengan cara terus menerus menulis pada beberapa media yang diinginkan. Jika tulisan tidak dimuat atau biasanya kemudian dikembalikan, itu pertanda tulisan itu tidak sesuai dengan keinginan redaktur. Dan jika hal ini dilakukan terus-menerus, seorang penulis akan menjadi tahu jenis-jenis tulisan mana yang sesuai dengan koran dan mana yang tidak sesuai. Akan tetapi perlu diingat, sebuah tulisan yang tidak diomuat belum tentu tidak sesuai dengan visi sebuah koran, bisa jadi hal tersebut disebabkan oleh banyaknya penulis yang menulis pada satu persoalan yang dianggap sama. Sehingga dengan terpaksa tulisan kita yang dikalahkan. Atau barangkali ada sebab-sebab lain.

Diantara sejumlah masalah yang menjadi pertimbangan bagai redaktur sebuah koran untuk dimuatnya sebuah tulisan, antara lain, tema atau topik tulisan , gaya bahasa, keaktualan persoalan yang dibahas, kesesuaian isi atau materi tulisan dengan latar belakang keilmuan penulis, dan sebagainya. Dengan mengetahui kodel-model tulisan yang disukai atau menjadi visi berbagai macam koran , berarti memberi peluang lebih besar untuk dapat dimuatnya tulisan-tulisan yang kita buat. (Ahmad Bahar: 1996).

Dengan mengetahui visi dan misi suatu media, seorang penulis sudah bisa menghemat tenaga dan mengefisienkan waktu. Karena jika artikel salah kirim, bukan saja rugi waktu tapi juga rugi tenaga dan uang.

Untuk iu selayaknya sebelum artikel dibuat, seorang penulis harus pandai memprediksi, kemana artikel tersebut nantinya dikirim. Bahkan seorang penulis profesional bukan hanya sebatas mengetahui visi dan misi suatu media, tetapi gaya bahasa dan model judul suatu media sudah berada dalam pikirannya. Hal ini memang sulit untuk penulis pemula, namun jika rajin mengamati setiap media cetak dan terbiasa membuat artikel, lambat laun akan memahaminya.

4. Strategi Pengiriman Tulisan
Tidak jarang tulisan yang secara isi pantas dimuat, namun kemudian dikembalikan, karena tidak mungkin memuatnya pada waktu yang tepat berhubung terbatasnya ruang atau berbenturan dengan tulisan lain, yang dipandang redaksi lebih baik.

Untuk lebih memperbesar kemungkianan pemuatan tulisan kita di media massa, maka selain kita memperhatikan moment yang tepat, hendaknya kita juga tidak cuma membuat kemudian menunggu satu tulisan. Buatlah terus beberapa tulisan yang berbeda-beda, sebarkan ke berbagai media massa. Untuk pemilihan medianya sendiri, bagi pemula ada baiknya, yang skupnya lokal terlebih dulu, dengan bonaviditas memilih mulai yang paling rendah.

Ada beberapa keuntungan penulis pemula mengirimkan tulisannya kemedia lokal, atau media yang masih berkembang, diantaranya:
a. Saingan tidak terlalu banyak dan tidak terlalu berat;
b. Redaksi juga lebih banyak kesempatan untuk membantu mengkoreksi tulisan kita
c. Peluang pemuatan akan lebih besar. Sementara dengan dimuatnya tulisan kita, tentu akan menambah motivasi baru untuk lebih produktif lagi dan lebih berkualis lagi dalam menulis.

by Aef Kusnawan

Menyiasati Peluang Diterbitkan (2)

2. Mengaktualkan Tulisan
Mengenai.aktualitas sendiri bisa dipahami dalam dua hal:

Pertama, tidak teragenda. Masalah aktual seperti ini yang berkaitan dengan kejadian yang ada di tengah-tengah masyarakat, seperti dengan terjadinya kasus bom, kasus narkoba, kekeringan, wabah penyakit, banjir besar, banyaknya demonstrasi, kenaikan harga BBM dan sebagainya.

Kedua, aktual teragenda. Aktualitas ini berkaitan dengan adanya hari-hari tertentu, seperti hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Isra Mi’raj atau hari-hari Nasional dan dunia yang monumental.

Ketiga, menyimak tajuk rencana suatu media. Sebagaimana dimaklum bahwa tajuk rencana adalah tulisan opini yang isinya mengulas hal-hal aktual yang dibuat oleh pihak redaksi suatu media.

Apa yang ditulisnya merupakan ulasan terhadap fenomena yang menarik perhatian media itu. Oleh sebab itu, jika penulis menghendaki aktualitas dalam tulisannya, akan ia peroleh dengan memperhatikan apa yang tengah banyak disoroti oleh media yang akan dikirimi tulisan olehnya.

Jika semua itu diperhatikan, maka ia akan menjadi salah satu daya tarik bagi pihak redaksi untuk lebih menominasikan pemuatan tulisan yang memiliki relevasi dengan kondisi dan situasi yang sedang berkembang. Lebih lanjut tentang akutalitas teragenda dan yang tidak teragenda, berikut uraian tambahannya.

a . Menyiasati Aktualitas tidak Teragenda
Setiap saat ada peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat. Ada yang terkategori kejadian biasa-biasa saja, ada juga yang memerlukan penelaahan, sehingga layak untuk diangkat menjadi bahan tulisan. Persoalannya adalah bagaimana seorang penulis bisa mengetahui permasalahan aktual yang tidak teragenda ini? Ada beberapa langkah untuk itu.

1) Mengamati perkembangan fenomena kehidupan masyarakat secara terus-menerus, misalnya,, tentang kemiskinan masyarakat daerah pinggiran kota dalam kaitannya dengan pola migrasi masyarakat yang bersangkutan. Kemudian ia menyusunnya dalam suatu perencanaan (yang flesibel), baik topik maupun penulis artikelnya.

2) Mengikuti secara cermat perlkembangan symptoms (gejala-gejala) yang muncul dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, munculnya berbagai kegiatan demonstrasi, pemogokan tenaga kerja, serta berbagai langkah yang dilakukan para da’i kontemporer. Lalu ia menyususnnya dalam suatu perencanaan (yang flesibel).

3) Mengikuti secara cermat perkemabnagn trend (kecenderungan) yang muncul dalam kehidupan masyarakat, misalnya, maraknya kegiatan dakwah kampus, play station, pmakaian internet, dan lain-lain. Lalu ia menyususnnya dalam suatu perencanaan yang fleksibel.

4) Mengikuti secara cermat, munculnya peristiwa-peristiwa monumental. Misalnya, pengumuman kenaikan harga BBM, kelahiran undang-undang baru, serta peristiwa lainnya yang menimbulkan berita tinggi. Lalu ia menyususnnya dalam suatu perencanaan yang fleksibel.

b. Menyiasati Aktualitas Teragenda
Ada sejumlah peristiwa aktual yang senantiasa teragenda. Keteragendaannya terjadi karena ia biasa hadir tiap tahun. Untuk itu sebaiknya penulis menyadari benar tentang hal ini, dengan melakukan beberapa hal.

1) Menyusun rencana topik artikel untuk peristiwa-periistiwa kalenderium tahunan, baik hari besar agama, hari peringatan nasional maupun internasional.

2) Menyusun rencana topik tulisan untuk moment-moment tersebut.
Untuk lebih jelasnya berikut ini, diketengahkan hari-hari yang merupakan agenda tahunan, khususnya hari-hari besar agama, nasional, dan beberapa hari internasional. Berikut uraiannya :

Tanggal Moment
1 Januari Hari Tahun Baru Masehi
15 Januari Hari Pertempuran Laut Aru
22 Pebruari Hari lahir Lord Baden Powell
9 Maret Hari Pramuka
10 Maret Hari Film Nasional
15 Maret Hari Nyepi Hindu
25 Maret Hari Raya Nyepi
6 April Hari Nelayan Nasional
7 Aril Hari Kesehatan Sedunia
9 April Hari Penerbangan Nasional
13 April Wafat Isa Al-Masih
21 April Hari Kartini
1 Mei Hari Buruh Internasional
Hari Kembalinya Irian ke RI
2 Mei Hari Pendidikan Nasional
8 Mei Hari PMI se-Dunia
7 Mei Hari Raya Waisak
15 Mei Hari Kebangkitan Nasional
21 Mei Hari Buku Nasional
24 Mei Kenaikan Isa Al-Masih
28 Mei Hari Waisak (Budha)
1 Juni Hari Lahirnya Pancasila
17 Juni Hari Kanak-kanak Nasional
21 Juni Hari Krida Pertanian
1 Juli Hari Bhayangkara
5 Juli Hari Berdirinya BI
12 Juli Hari Koperasi
22 Juli Hari Kejaksaan
10 Agustus Hari Veteran RI
14 Agustus Hari Pramuka
17 Agustus Hari Kemerdekaan RI
19 Agustus Hari Deplu
24 Agustus Hari Televisi RI
11 September Hari Radio
16 September Hari Sandang
17 September Hari Perhubungan
23 September Hari Bahari
27 September Hari Postel
28 September Hari Kereta Api
29 September Hari Sarjana
1 Oktober Hari Kesaktian Pancasila
5 Oktober Hari ABRI
24 Oktober Hari PBB
28 Oktober Hari Sumpah Pemuda
30 Oktober Hri Keuangan
31 Oktober Hari Tabungan Nasional
10 Nopember Hari Pahlawan
12 Nopember Hari Kesehatan Nasional
20 Nopember Hari Kanak-kanak se Dunia
10 Desember Hari HAM
20 Desember Hari Sosial
22 Desember Hari Ibu
25 Desember Hari Natal
1 Hijriyah Hari Tahun Baru Hiriyah
12 Rabiul Awwal Maulid Nabi Muhammad SAW
27 Rajab Hari Isra Mi’raj
1 Syawal Hari Idul Fitri
10 Zulhijah Hari Idul Qurban

3. Mengenal Visi dan Missi Media Massa
“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat.” (QS. Fathir: 19).

Setiap surat kabar dan majalah mempunyai visi atau pandangan dan mempunyai arah kebijaksanaan atau misi tertentu yang berbeda. Warna tulisan yang diinginkan dari para penulis artikel, tentunya yang sesuai dengan visi dan misi yang diemban media cetak tersebut. Artinya, seorang harus fleksibel, mengetahui dengan jelas artikel seperti apa yang diinginkan suatu media. Majalah atau surat kabar yang mempunyai misi atau visi kesehatan, menginginkan artikel tentang kesehatan dan sudah tentu menolak artikel-artikel yang keluar dari visi dan misinya itu.

Surat kabar yang mempunyai visi atau misi khusus, seperti khusus kesehatan, ekonomi, olah raga, dan politik dengan sendirinya sudah menunjukan bahwa visi dan misinya dalam bidang-bidang tersebut sehingga penulis tidak perlu menebak atau mengira-ngira lagi misi dan visi seperti apa yang diemban media tersebut.

Mengapa harus ada visi dan misi? Sebuah koran atau majalah didirikan dengan sebuah idealisme dan cita-cita. Idealisme dan cita-cita koran atau majalah tentu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Konsekuensinya, masing-masing perusahaan surat kabar akan mempunyai sasaran pembaca sesuai dengan idealisme yang dibangunnya.

Sebagai contoh, ada sebuah koran yang mempunyai sasaran pembacanya adalah kelompok pengusaha, ekonom, dan merreka yang berkecimpung di sekitar dunia bisnis, misalnya harian Bisnis Indonesia (di Jakarta), Harian Neraca (di Jakarta), harian Suara Indonesia (di Surabaya). Ada pula sebuah koran yang diperuntukan bagi masyarakat secara umum dan jangkauan pembacanya bersifat nasional, sebagai contoh, Kompas, Republika, Suara karya, Pelita dan lain-lain.

Sebagian koran yang lain diterbitkan untuk memenuhi segmen pembaca yang bersifat lokal, atau terbatas satu daerah tertentu, misalnya harian Jayakarta untuk daerah DKI dan sekitarnya, harian Kedaulatan Rakyat untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, harian Pikiran Rakyat untuk wilayah jawa Barat dan masih banyak lagi.

Aneka ragam jenis dan sasaran sebuah koran menyebabkan pihak redaktur di sebuah koran mempunyai policy tersendiri untuk menampilkan tulisan-tulisan bagi para pembacanya. Maka lahirlah apa yang disebut visi dan misi pada masing-masing media massa. Namun kebanyakan surat kabar atau majalah tidak mengkhususkan dalam bidang tertentu sehingga sulit ditebak atau diperkirakan isinya. Dalam hal ini seorang penulis dituntut untuk jeli dalam melihat apa yang diemban surat kabar atau majalah tersebut. Dengan kata lain, seorang penulis harus cermat melihat, artikel seperti apa yang diinginkan media cetak tersebut. Biasanya permasalahan ini menjadi kendala bagi penulis pemula.

Jika diumpamakan sebuah koran adalah sebuah toko, maka jenis toko biasanya bermacam-macam. Ada toko besi, toko lain, toko kue dan sebagainya. Sebagaimana layaknya sebuah toko, pemilik toko biasanya membutuhkan dagangan untuk dijual kepada pembelinya. Sebuah toko besi tentu hanya akan menerima dagangan-dagangannya yang berkaitan dengan barang-barang yang berupa besi dan sejenisnya. Ia tidak akan menerima dagangannya berupa kain atau kue. Demikian halnya dengan media massa. Ia hanya akan menerima tulisan-tulisan yang sesuai dengan visi serta misi media yang diembannya.

Memang untuk mengetahui visi dari sebuah media massa bukanlah pekerjaan yang gampang . Diperlukan pengamatan yang ciukup dan mungkin akan memakan waktu lama. Akan tetapi dengan mengetahui masing-masing visi yang ada pada media massa akan sangat membantu seorang penulis untuk dapat memilih media mana yang sesuai dengan masalah-masalah yang ditulisnya dan media mana yang kurang sesuai.

Cara sederhana yang mungkin dapat dilakukan untuk mengetahui visi dan misi koran antara lain, pertama, mencari informasi pada para penulis yang sudah sering menulis di salah satu media. Kedua, mengamatio sendiri, misalnya dengan berlangganan satu koran kemudian dipelajari model-model tulisan yang ada di dalamnya. Ketiga, berdasarkan pengalaman. Di sini penulis terjun langsuing, dengan cara terus menerus menulis pada beberapa media yang diinginkan. Jika tulisan tidak dimuat atau biasanya kemudian dikembalikan, itu pertanda tulisan itu tidak sesuai dengan keinginan redaktur. Dan jika hal ini dilakukan terus-menerus, seorang penulis akan menjadi tahu jenis-jenis tulisan mana yang sesuai dengan koran dan mana yang tidak sesuai. Akan tetapi perlu diingat, sebuah tulisan yang tidak diomuat belum tentu tidak sesuai dengan visi sebuah koran, bisa jadi hal tersebut disebabkan oleh banyaknya penulis yang menulis pada satu persoalan yang dianggap sama. Sehingga dengan terpaksa tulisan kita yang dikalahkan. Atau barangkali ada sebab-sebab lain.

Diantara sejumlah masalah yang menjadi pertimbangan bagai redaktur sebuah koran untuk dimuatnya sebuah tulisan, antara lain, tema atau topik tulisan , gaya bahasa, keaktualan persoalan yang dibahas, kesesuaian isi atau materi tulisan dengan latar belakang keilmuan penulis, dan sebagainya. Dengan mengetahui kodel-model tulisan yang disukai atau menjadi visi berbagai macam koran , berarti memberi peluang lebih besar untuk dapat dimuatnya tulisan-tulisan yang kita buat. (Ahmad Bahar: 1996).

Dengan mengetahui visi dan misi suatu media, seorang penulis sudah bisa menghemat tenaga dan mengefisienkan waktu. Karena jika artikel salah kirim, bukan saja rugi waktu tapi juga rugi tenaga dan uang.

Untuk iu selayaknya sebelum artikel dibuat, seorang penulis harus pandai memprediksi, kemana artikel tersebut nantinya dikirim. Bahkan seorang penulis profesional bukan hanya sebatas mengetahui visi dan misi suatu media, tetapi gaya bahasa dan model judul suatu media sudah berada dalam pikirannya. Hal ini memang sulit untuk penulis pemula, namun jika rajin mengamati setiap media cetak dan terbiasa membuat artikel, lambat laun akan memahaminya.

4. Strategi Pengiriman Tulisan
Tidak jarang tulisan yang secara isi pantas dimuat, namun kemudian dikembalikan, karena tidak mungkin memuatnya pada waktu yang tepat berhubung terbatasnya ruang atau berbenturan dengan tulisan lain, yang dipandang redaksi lebih baik.

Untuk lebih memperbesar kemungkianan pemuatan tulisan kita di media massa, maka selain kita memperhatikan moment yang tepat, hendaknya kita juga tidak cuma membuat kemudian menunggu satu tulisan. Buatlah terus beberapa tulisan yang berbeda-beda, sebarkan ke berbagai media massa. Untuk pemilihan medianya sendiri, bagi pemula ada baiknya, yang skupnya lokal terlebih dulu, dengan bonaviditas memilih mulai yang paling rendah.

Ada beberapa keuntungan penulis pemula mengirimkan tulisannya kemedia lokal, atau media yang masih berkembang, diantaranya:
a. Saingan tidak terlalu banyak dan tidak terlalu berat;
b. Redaksi juga lebih banyak kesempatan untuk membantu mengkoreksi tulisan kita
c. Peluang pemuatan akan lebih besar. Sementara dengan dimuatnya tulisan kita, tentu akan menambah motivasi baru untuk lebih produktif lagi dan lebih berkualis lagi dalam menulis.

by Aef Kusnawan

Menyiasati Peluang Diterbitkan (1)


Setiap penulis memiliki harapan, tulisan yang dikirimkannya dapat dimuat. Hal itu merupakan suatu kewajaran. Namun dalalam kenyataan, tidak jarang tulisan yang dikirim itu tidak dimuat atau dikembalikan. Banyak kemungkinan alasan mengapa suatu tulisan yang dikirim tidak dimuat. Diantara kemungkinan itu bisa jadi karena beberapa sebab.

1. Tulisan tidak memenuhi kriteria penulisan;
2. Tulisan sejenis, jumlahnya banyak, sehingga perlu bersaing dengan tulisan yang lebih baik;
3. Tidak aktual;
4. Tidak sesuai dengan visi-misi media.

Oleh karena itu, setiap media biasa mengadakan seleksi terhadap sejumlah tulisan yang masuk. Untuk membangun seleksi yang objektif, redaksi media cetak umumnya memiliki kriteria tentang tulisan yang layak

muat. Kriteria umum tersebut penting untuk disikapi oleh setiap penulis dakwah.

1. Memenuhi Kriteria Tulisan
Ada beberapa kriteria umum tulisan yang biasanya diterapkan diberbagai media cetak. Kriteria itu sebagai seleksi awal bagi layak tidaknya suatu pemuatan tulisan.

a. Kriteria umum
1) tulisan asli, bukan jiplakan/ saduran/ terjemahan, belum pernah dimuat dalam penerbitan lain, dan hanya ditulis/ dikirim khusus untuk penerbit itu.
2) mengandung unsur baru, baik data konkret, pandangan baru, saran-saran, dan atau opini.
3) Gagasan tulisan menyangkut kepentingan sebagain besar pembaca media.
4) Memiliki kelengkapan dan kedalaman fakta, yang diperlukan, ntuk mendukung ide pokok.
5) Memiliki akurasi fakta yang diperlukan.
6) Tidak memiliki, bagian pargraf, kalimat, atau kata, yang memungkinkan diperkarakan.
7) Memenuhi aspek-aspek yang menyangkut etika Jurnalistik dan tidak bernuansa “SARA”.
8) Berakibat baik bagi pendidikan publik.

b. Kriteria Teknis.
1) Struktur tulisan uraiannya telah terorganisir dengan baik.
2) Lead telah berfungsi secara akurat dalam membangkitkan orang untuk membaca.
3) Bahasa yang dipakai telah sesuai dengan kaidah pemakaian bahasa jurnalistik, terutama hematdan jelas.
4) Penembpatan dan formulasi topic sentence dalam suatu paragraf telah tepat.
5) “Jembatan” atau “kata penghubung” telah sesuai.
6) Tidak ada kata yang menimbulkan misleading.
7) Penggunaan EYD sudah tepat.
8) Penembatan, sesuatu yang detail dan yang tidak perlu detail diposisikan secara tepat.
9) Penempata fakta yang benar.
10) Penempata anak judul yang pas (jika diperlukan).
11) Cara penyajian tulisan opini tidak berkepanjangan tapi padat, singkat, mudah ditangkap, gaya enak dibaca. Panjang artikel 0pini maksimal 5,5 halaman kwarto, 5 halaman kwarto untuk resensi buku, kolom 4- 5 halaman dan 8 halaman untuk cerpen, Semuanya ditulis dengan ketikan 2 spasi, dengan tulisan yang jelas, rapi dan bersih, tanpa coretan maupun tip-ex.
12) Kalimat penutup, telah tepat, dan memberi kesan pada pembaca.

Jika suatu tulisan telah memenuhi kriteria itu, maka ada harapan untuk dimuat. Namun jika belum terpenuhi, sebaiknya kita menulis ulang, untuk memperbaiki hal-hal yang masih janggal. Akan tetapi masih ada lagi yang perlu diperhatikan yaitu bernilai aktual.

by Aef Kusnawan

Write Articles That Get Results





It's no secret that writing and publishing helpful articles is one of the best ways to promote your business. Writing articles can:

* Establish you as an expert in your field.

* Get your name and your company name in front of potential clients who you may never have been able to contact otherwise.

* Create valuable content for you to share with potential clients or convert into speeches and other marketing strategies.

Writing articles for local business publications, trade magazines, newsletters, and Web sites that reach your target audience can be a powerful piece of your marketing plan. But following through can be more difficult than it sounds, as many people hate writing or have a hard time just figuring out where to begin. Plenty of business owners and marketers hire outside firms or freelance writers

(like The WriteShop, www.writeshoponline.com) to write articles for them, which can be a time-saving solution. But if you want to write your own articles, it can be tough to know where to begin. These five tips may help you stay focused and get the job done.

1. Narrow your topic. In each article, be sure to address only one main idea -maybe you focus on one problem your readers have, or one solution that may work for them. Trying to cover too many topics in one article just causes confusion. Whenever you find yourself going off on an unrelated tangent, turn that tangent into another, separate article for future use.

2. Write in conversational style. Keep your audience in mind and try to write for them the way you'd speak to them. For most business writing, an informal, conversational style is preferable, especially if your article will be published on the Web. Remember that you want your article to be accessible and understandable for your target audience. Shorter sentences and language that is easy to grasp quickly will have better results than long diatribes full of words that require a dictionary.

3. Offer genuine, helpful information. While your articles are tools to help market your business, they are not advertisements. Don't fill your articles with promotional material about your company, or your readers will quickly lose interest. Instead, offer them real insight, tips, or advice that shows them you know what you're talking about. Their interest in your company and what you can do for them will come; but for the sake of your article, focus on providing information they can use.

4. Be brief. Especially when writing for the Web, brevity is crucial. Before sending any article for publication, read through it several times and cut out any unnecessary words. For instance, the word "that" can be eliminated in most cases. Make sure every word counts, and every sentence is meaningful and helpful for communicating your main idea.

5. Distribute, distribute, distribute. Finally, writing an article doesn't do any good unless you get it in front of your target audience. In addition to publishing your articles on your own Web site or in your newsletter, consider sending them to publishers of print and electronic newsletters, and submit them to Web sites that publish articles on your topic. See the Resource Box below for ideas of specific Web sites where you may want to submit your articles. And remember to always include your contact information so that readers will know how to reach you.

Hopefully, these tips will get you on your way to publishing plenty of articles that will get noticed and yield results. But if you'd like even more direction to get you started, contact The WriteShop for information about our inexpensive special report, "Article Starter: A Resource Guide to Writing Business Articles That Get Results." E-mail us today at info@writeshoponline.com.

Jika Naskah Ditolak




Kembali kita kuatkan keyakinan naskah ditolak bukanlah akhir segalanya. Yang demikian itu hanyalah proses rute yang harus dilalui sebelum berhasil adalah kenyataan wajib yang mesti dialami. Lantas apa saja langkah-langkahnya?

Pertama, dokumentasikan naskah-naskah itu, jangan sampai dibuang. Belum tentu ide yang terkandung dalam tulisan tersebut bisa ketemu di lain waktu. Percayalah ide itu amat mahal. Untuk mendapatkan ide terkadang para penulis membayar mahal karena harus pergi ke tempat tertentu. Dari sudut falsafah, ide bagus tidak bisa dibandingkan dengan rupiah.

Kedua, memperbaiki naskah. Sering kali kita menganggap saat merampungkan naskah, terasa sudah sempurna. Tidak terdapat kekurangan. Seolah-olah berani diuji dengan rekan lainnya. Namun selang beberapa waktu (bisa jadi hitungan tahun) kok lucu, di sana-sini nggak nyambung. Saat tahu kondisi tersebut, inilah kesempatan untuk memperbaikinya.



Ketiga, bandingkan dengan tulisan-tulisan lain yang dimuat. Selera redaktur sangat menentukan. Dengan segala keobyektifan dan kesubyektifan menjadi kata kunci. Karenanya, mempelajari tulisan yang dimuat itu penting. Koran, tabloid atau majalah masing-masing punya karakter tersendiri. Bila tulisan yang kita kirim sama “nafasnya”, besar peluang untuk diterima.

Keempat, melengkapi sumber tulisan. Menambah banyak warna pasti makin meriah. Sangatlah penting untuk membaca, mencatat, atau memiliki ensiklopedi, info terkini, dan bahan-bahan (buku) rujukan yang biasanya dijadikan sumber utama (standar).

Simak tulisan Jalaluddin Rakhmat. Kiai yang pakar komunikasi itu jika membuat tulisan kaya dengan berbagai tinjauan. Misal, ia menulis tentang “istiqomah”, tapi tidak sebatas menggunakan dalil naqli (Al-Qur’an, As-Sunnah) saja. Beliau mengurai dengan pendekatan sejarah, psikologi, logika, budaya dan data-data teranyar.

Sangatlah penting untuk membaca, mencatat atau memiliki ensiklopedia, internet, media massa terbitan baru, info terkini dan bahan-bahan (buku) rujukan yang biasa dijadikan sumber utama (standar).

Kelima, membebaskan tulisan dari teori baku. Memang penulis pemula sangat meniru gaya idola penulis pujaanya. Kata Aristoteles, meniru adalah awal dari sebuah seni.

Pada urutan kelima ini bukan berarti meniadakan teori-teori yang sudah ada. Teori menulis yang sudah dipelajari tetap kita pertahankan. Cuma jangan terpaku. Masih ada teori atau gaya lain. di luar negeri terdapat teori bernama teori lingkaran. Belakangan antara lain dikenalkan oleh DR. Dedi Supriadi. Untuk menuju ke titik tengah lingkaran, kita boleh memasukinya dari garis mana saja. Sederhananya, banyak cara untuk menulis. Keterkaitan dengan unsur emosi ini bisa membuat tulisan lebih segar dan renyah. Contoh, biasanya dari umum ke khusus, kita dapat memulai dari khusus ke umum.

Keenam, rutin menulis lagi. Sudah menjadi alasan klasik untuk menyembunyikan diri dari ketidakberdayaan dalam olah tulis menulis. “Waktu saya tersita, besoklah saya akan memulai”, betapa sering kita mendengar kata-kata itu. Padahal mulanya menggebu-gebu sesemangat 45.

Para penulis sukses di tengah kesibukannya menyediakan waktu khusus unutk menulis. Ada yang sehari menulis 3 – 4 jam sehari.Yus R. Ismail mengagumi rekannya seorang cerpenis belia aktivis Forum Lingkar Pena (FLP). Ia menulis setiap dini hari usai shalat malam sampai menjelang waktu shubuh. Hasilnya menakjubkan, kawan kita ini (masih SMU) sudah menulis empat buku.

Ketujuh, adakah silaturahmi dengan para penulis yang jadi atau milih profesi menulis sebagai pilihan mencari nafkah.

Langkah ini sangat membantu. Banyak yang menyangka orang tenar sulit dihubungi. Benar, tapi bukan berarti tidak bisa sama sekali. Pasti ada dan menerima kesempatan unuk kita. Kita mendapatkan berbagai pengalaman dan ilmu yang menguatkan “ruh” semangat kepenulisan.

Saya pernah mengunjungi tempat aktivitas dan bertemu dengan sosok penulis bergengsi negeri ini, antara lain: Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, Gola Gong, Amin Rais, Kuntowijoyo dan sejumlah penullis kawakan yang berdomisili di Bandung. Alhamdullillah, dari beliau-beliau saya memperoleh tambahan tenaga berlipat-lipat. Meski ratusan naskah saya ditolak, saya bersyukur semangat dan kreativitas tulis menulis masih terpelihara. Lumayan, sudah belasan media yang mempublikasikan. Dan teramat yakin bilangan angka terus menanjak.

Tidak ada alasan untuk berhenti menulis. Cuma karena belum dimuat. Menulis kembali dan kembalilah menulis. Penolakan naskah itu persyaratan wajib bagi siapa saja yang ingin sukses menulis. Selamat menulis.

By Lilis Nihwan

Strategi Mengirim Naskah Buku Ke Penerbit


Apa yang dilakukan setelah naskah rampung dibuat? tentu saja mengirimkannya ke penerbit buku. Apalah artinya naskah bagus jika hanya untuk koleksi pribadi.

Dalam pengiriman naskah, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Menentukan penerbit yang tepat
Setelah naskah itu sempurna, berikutnya dikirim ke penerbit. Dalam hal ini jangan salah mengirim naskah. Naskah Anda harus dikirim ke penerbit yang sesuai dengan jenis buku Anda. Penerbit buku ada beberapa kategori, yaitu penerbit buku anak-anak, buku pelajaran (SD, SLTP dan SMU), buku perguruan tinggi, buku agama, dan penerbit buku umum. Memastikan kategori sebuah penerbitan, dapat Anda lihat dari katalog bukunya.


b. Menyertakan kelengkapan pengajuan
Setelah menentukan penerbit yang cocok untuk buku Anda, langkah berikutnya mengirimkan naskah ke penerbit tersebut. Namun sebelum naskah itu dikirim, lengkapi dulu dengan berbagai kelengkapan berikut ini:

1) surat pengantar
Penyertaan surat pengantar penting, terutama yang baru pertama kali mengajukan naskah ke penerbit itu. Surat pengantar adalah etika yang harus disertakan yang berfungsi sebagai prolog kerjasama antara penerbit dan penulis. Format surat pengantar ini terserah penulis, yang penting berisi pengajuan naskah.

2) menyertakan identitas diri
Identitas yang dimaksud menyangkut latar belakang pendidikan, pekerjaan, pengalaman menulis, karya-karya yang pernah diterbitkan (jika ada), termasuk ide penulisan buku yang diajukan.

3) sinopsis naskah
Editor sebuah penerbitan biasanya tidak langsung membaca naskah buku Anda, sekalipun Anda penulis ternama. Biasanya diperhatikan dulu sinopsis atau ringkasan dari buku yang Anda tulis. Untuk itu jangan lupa menyertakan sonopsis ini.
c. Pengiriman Naskah
Naskah yang sudah siap termasuk sudah dilengkapi kelengkapan di atas, segera kirimkan ke penerbit yang Anda maksud. Pengiriman naskah dapat diantar langsung atau via pos/kurir.

By Abu Al-Ghifari

Etika Menulis


Di dunia ini hampir tidak ada suatu pekerjaan pun yang dilakukan tanpa etika. Profesi dokter punya etika, guru, sopir, karyawan pabrik, masinis, dan masih banyak lagi, semuanya ada aturan main baik secara tertulis maupun tidak.

Keberadaan suatu etika pada umumnya didasarkan pada itikad baik untuk kebaikan bersama. Dengan adanya itikad baik itu diharapkan masyarakat dapat menggunakan etika tersebut sebagai acuan dalam setiap perbuatan yang dilakukan berkaitan dengan pekerjaan dan profesinya itu.

Mentaati etika dari sebuah profesi, dapat diartikan sebagai sebuah usaha untuk menghargai dan loyal terhadap profesi yang ditekuni seseorang. Sebab jika seseorang melanggar etika profesi yang telah menjadi


kesepakatan bersama, ia dianggap menyimpang dan tidak loyal lagi pada profesinya. Hal tersebut berakibat kurang dihargainya kredibilitas seseorang yang melanggar etika itu.

Profesi sebagai penulis juga mempunyai etika. Akan tetapi etika profesi penulis ini belum baku sebagaimana etika profesi yang telah mapan lainnya. Seperti etika profesi dokter, etika profesi wartawan, etika profesi guru dan sebagainya. Belum mapannya etika profesi penulis ini disebabkan masih merupakan profesi baru dan belum berkembang sebagaimana profesi lainnya di Indonesia.

Aturan main adalah dunia kepenulisan ini secara garis besar dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Materi dan gagasan penulisan hendaknya tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila dan peraturan yang berlaku lainnya.

2. Isi tulisan tidak menyinggung kebersamaan dalam kerukunan sesama warga negara dan warga masyarakat secara keseluruhan, seperti misalnya masalah SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan).

3. Seorang penulis hendaknya bersikap jujur dalam segala hal yang berkaitan dengan materi kepenulisannya. Misalnya berkaitan dengan penyebutan identitas diri, penyebutan pekerjaan, penyebutan alamat tempat tinggal, status jabatan dan sebagainya. Ketidakjujuran seorang penulis akan merugikan dirinya sendiri.

4. Mengirim tulisan dengan ketikan rapi, tanpa banyak coretan.

5. Menggunakan bahasa yang baik dan benar.

6. Tidak melanggar hak cipta orang lain. Seperti menjiplak, mengutip tanpa disebutkan sumbernya, dan hal-hal semacam itu.

7. Tidak mengirim tulisan yang sama kepada media yang lain. Kecuali telah mempunyai kesepakatan dengan pihak yang terkait. Perlu diketahui bahwa sebenarnya hal ini belum diundangkan secara baku, tetapi masih merupakan konvensi atau aturan tak tertulis di masing-masing media. Konsekuensi jika penulis ketahuan menulis dengan tulisan yang sama di media berbeda, biasanya ia akan dikenakan sanksi yang biasa disebut black list atau daftar hitam. Artinya jika seseorang telah terkena daftar hitam ini pada media tertentu, maka tulisan-tulisannya tidak akan dimuat pada media tersebut dalam jangka waktu tertentu.(x8rtp7ugcz)

By Abu Al-Ghifari

Rabu, 25 Maret 2009

Ebook Terdahsyat Tahun 2009


Bagaimana rahasia menjadi PENULIS MUDA MILYADER? Temukan jawabannya di

http://www.penulissukses.com?id=alimargosim


Dapatkan segera, pastikan anda tidak didahului oleh jutaan orang yang memburu informasi yang sama.

Insyaallah, if you take action, the miracles happen!salam dahsyat!

Articles and Internet Branding: 5 Steps to Success


Are you ready to become an internet marketing expert? Are you ready for a massive conversion rate plus unlimited residual streams of income for your web-based business? Excellent! I'm here to focus your mind on the job at hand. Today you will learn how article marketing is the means to the end, and that end is PROFIT.

Web marketing success happens one project at a time. The formula we're about to discuss works best when your product is information-based. Meaning, if you're an expert in your niche, other people are going to want to learn Your Secrets. You can use this to your advantage- by creating marketable products that deliver information (your Secrets) to customers who are willing to pay for it. You will then use web articles to lure in your prospects.

How will you go about this? Take it one step at a time.

Step 1. Select a niche market. What are your interests? Where does your expertise lie? Wherever that is, is where you will focus your next marketing project. Let's say it's real estate. Your Marketing Mission is: make your name recognizable within the realm of real estate. Build yourself up as an expert in the buying and selling of property.

Step 2. Create an online persona and brand for your business. For continuity's sake, let's go with the real estate example. Suppose you want to be known as the Inside Expert on house flipping for profit. Sounds like a great plan to me! Now grab yourself a web designer and a great copywriter and get going on perfecting that image of you as the Real Estate Go-To Guru!

Step 3. Develop an informational product that readers can buy directly from your website. You've seen those kits that all the Experts are selling, right? Who told you that you can't sell one on your website? Nobody. So, get going. Start pulling all nighters if you have to, just get that kit written and make it powerful so that your buyers will go, WOW! I can't believe what I learned from this guy/girl, and for such little money! Hire a ghostwriter, if you really want to get this project cracking. Either way, as Nike says: Just Do It.

Step 4. Write articles to build your credibility. If you've been reading my "series of internet marketing articles" in order, you'll already be familiar with the concept of article marketing. This is where you use an Article Distribution website like Ezinearticles.com to help deliver quality articles to end users who will feature your articles.

(Note: I listed this as Step 4, but really your articles should be flowing as early as Step 2.) As part of your brand-building strategy, stream a steady flow of web articles to content-hungry webmasters who fall into your topic category, who will then spread your sage advice all over the internet. If you're burdened with time constraints, hire a ghostwriter to do this work for you. At the end of the articles, include a bio that directs them to your website. From there, they can learn more about you and what you can offer them.

Step 5. Direct your customers to a sales letter that teaches them about your product. Again, you can do this with article marketing. An easy scenario to follow: You write an intriguing article featuring five tips on how to gauge the real estate market. At the end of the article is your bio, which directs the reader to a link where a sales letter page opens. That sales letter will then contain certified testimonials from happy clients and customers of yours. All of this will further enhance your reputation as a qualified expert.

The final outcome: clicks to your website, where visitors use PayPal or another easy money transer in exchange for your informational product. The profit's in your pocket. Beautiful! YOU DID IT! Give yourself a pat on the back. Take a vacation!

Of course, if you're going to be an internet expert, it's a smart idea to create multiple areas of expertise for yourself in more than one niche. Again, articles are the means to the end. Suppose now that you're done with your online real estate venture, you've figured out that Copywriting is another God-given talent of yours that can be leveraged for profit. Time to create a Brand New Internet Personality! How will you do this? Easy. Follow the five steps I mentioned above, only replace each mention of real estate with Copywriting.

Do you see the INFINITE POSSIBILITIES? Good! You've got plenty of work to do. So stop reading, and start writing those articles!

Writing For Dollars -- A Freelancers Guide


If you have writing skills and want to use your skills to earn some income for yourself and families, we offer a few tips here. You can get some good opportunities from your local area and from Internet.

Your novel sits unfinished, waiting for a burst of inspiration to send it out to be typewriter and right to the top of the best seller lists, right? You are not alone. Thousands of would-be writers are waiting as well. But a few successes under your belt will make the possibility of seeing your picture on the dust jacket in the bookstore window seem less remote. Freelance writing can replace self-doubt with self-confidence and put money in your pocket at the same time.

Just as all doctors are not neurosurgeons, all writers are not novelists. A look into the field yields categories you might never have imagined. Magazine articles, greeting

cards, business writing, newspaper reporting-these are areas in which freelance can add do make money. Writing provides an opportunity to earn with very little expenditure. A typewriter with accompanying supplies, a flair for writing and the discipline to stick with a schedule and meet deadlines can start you on your way.

STRINGING

Many local and regional newspapers, unable to maintain enough full-time staff to adequately cover ever meeting or event of importance to the populace, will assign certain stories to stringers, or freelance reporters. Assignments may vary as widely as covering a church circle meeting for the weekly religion page to reporting on a town council meeting in a neighboring village. The editorial staff will tell you what they want, when they want it and what you can expect to be paid. Stringers are paid by the word, by the line or by the column inch, and while rate varies from one newspaper to another, it is a set fee which cannot be negotiated.

Building a good relationship with your editor through good writing, dependability and strict adherence to deadlines may enable you to successfully put forth your own ideas for feature stories and articles. You may be able to negotiate a higher rate of pay for these pieces. Don't forget to ask for a by-line. Part of the thrill of freelance writing is seeing your name in print.

GREETING CARDS

Visit your local card shop. There are hundreds of cards, many expressing the same sentiments. Each one is different, and somebody earned money for each of them. The greeting card industry relies heavily on freelance submissions. Each company has its own style; it is futile to fire off ideas randomly hoping to hit pay dirt. Companies will send writer guidelines to those who accompany the request with a self-addressed, stamped envelope (SASE). This basic checklist will tell you the subject matter of preference (some companies may deal solely with inspirational messages while others want only adult humor studio cards), the correct method of presentation, length of time should wait for a response and the pay range for accepted ideas. You don't have to be an artist. Greeting card companies want your ideas and captions, although suggestions for accompanying artwork will be appreciated. remember, what may be unsuited to one company's needs could be deemed irresistible by another. Don't throw away any ideas in discouragement after one rejection. Submit, submit and resubmit should be your credo.

MAGAZINE ARTICLES

Thousands of special interest and trade publications are sold every year. Each is filled with articles, many of them written by freelancers. The trick is to find the right magazine for your article, and tailor your article for that magazine.. If you're a whiz at coupon redeeming, refunding and rebating, consider sharing your expertise with others in an article in Supermarket Shopper. No matter what your area of interest, there's a publication waiting to let you tell it all.

Like greeting card companies, magazine publishers will send you guidelines including style and subject matter as well as pay scales. Don't waste your time sending an article on the joys of a New England vacation to a publication specializing in recreation opportunities in the Ozarks. Guidelines firmly in mind, come up with an idea suitable for the particular publication and follow up with a query letter.

Many publications will not accept unsolicited manuscripts. even those that would rather read a well-written, creative letter outlining a proposed article than wade through a 2,000 word piece to find it acceptable. Your query letter can be open the door that might have been slammed in the face of your unreviewed work-especially if it is an example of proficient writing and piques the editor's interest in your subject and the angle you're planning to use.

While many magazines will not accept manuscripts currently being considered by another publication, you may wish to send query letters to several at the same time. If you are fortunate enough to have more than one acceptance, you can always write two articles with different slants from the same research.

The time it takes for your manuscript to be considered seems interminable. One way to avoid hovering over the mailbox with hope, dread and anxiety fighting for dominance is to keep the mailbox working for you. Don't send off one article and wait for the verdict. Send query letters, greeting card ideas, filler items and articles out constantly, never waiting to hear from one before sending the next. If you receive a rejection, move along to the next prospective publisher for that item, dash off a new cover letter and shoot it out again. You can't sell what's sitting in a reject pile--only what's making the rounds on the market.

Publishers guidelines will give you specific instructions for manuscript preparation. Regardless of the differences from one company to the next, remember that neatness counts. Use typing correction paper or fluid to repair typographical errors. Strike-overs and hand done corrections appear messy and unprofessional. Each page of your manuscript should have the title of the article and your name, as well as consecutive page numbers for all but the first page.

INDEPENDENT PROJECTS

Newspaper stringing, greeting cards and magazine articles are established fields for freelance writers. Your public library will have books and magazine listing companies seeking freelancers for everything from crossword puzzles to innovative messages for telephone answering machines. But you may wish to explore some areas on your own. Whether you live in a small town or a metropolitan area local organizations and businesses can provide fodder for an impressive client list.

Perhaps the local historical society would be interested in your offer to research and write a history of the area. for a fee. The high school alumni association may be looking for a class gift to the old alma mater. A school history, researched and written by a professional freelance writer, would be an handsome addition to the school library, and purchases by class members of yore would add a fund-raising feature. Is you local hospital preparing to celebrate a founding anniversary? a prepared history of the institution, from one-room dispensary/infirmary to today's 200-bed unit would be a wonderful public relations tool for them an a terrific writing job for you.

Local businesses and organizations have varied writing needs. Grant proposals can be written for a flat fee or on a percentage basis. Customer relations pieces such as new service or product introductions and collection letters, annual reports, in house or consumer-aimed newsletters all provide grist for the enterprising freelancer's mill. Even organizations with public relations or customer relations staffs sometimes farm out work on a periodic basis.

Unlike established fields, where prices are determined in advance, independent projects such as these require you to charge by the word, by the page, by the hour or on a completed project basis. No matter how you quote your fee, estimate your time as accurately as possible. Time spent in research, talking to and interviewing people and organizing material for writing is as important as time spent at the typewriter. remember to charge enough to cover expenses in addition to time. Typewriter ribbons, paper, postage and envelopes cost money-so does the gasoline you'll use when research involves travel.

Serious freelancers also have to consider the cost of overhead (heat, water, electricity and a portion of rent or mortgage payments to maintain an in-home office), equipment depreciation and normal employee fringe benefits such as insurance and social security payments when pricing their services. After all, the boss is expected to pick up the tab for these extras. As a freelance writer, you are the boss. And that's a fringe benefit nobody else can give you. More good news is that you can get more writing opportunities by visiting http://www.elance.com where a lot of Internet business owners are looking for writers to get their job done quickly.

Leverage the Power of Article Marketing


Now that you know the secrets to writing great articles, it's time to power up the article writing ladder of success. Web articles will definitely will help build your reputation as an expert, but it takes time and patience. Following are some ways to track your progress and get the most article bang for your buck.

Work on mass article distribution by genre. In your effort toward building an expert reputation, you should be saturating your niche market with articles. By doing this, you'll get more visibility than the article dabbler who writes one or two articles and then drops out of sight. Write a list of article topics you'd like to cover, and then outline the guts of each article one at a time. This way, you can better mentally prepare for the onslaught of articles you plan on releasing to your faithful internet audience of readers.

Hire a ghostwriter to ensure that your articles are targeted and flawless. It's worth paying a little extra for a quality presentation, and by working with a professional writer you'll be able to take the strain off yourself so that you can concentrate on other, more critical aspects of your business. Tell the writer what your long-term business goals are and how you think articles can leverage your expertise and pull in sales. She'll then go about strategizing your "Guerilla Article Marketing Campaign." Yes, it's incredibly important to strategize!

Submit to multiple article distribution sites. Although my article site of choice is Ezinearticles.com, there are millions of websites out there who are hot for fresh content and who can help you work your way into the minds of the world's consumers. Sign up for membership accounts with Goarticles.com, Ideamarketers.com, and Marketing-Seek.com. Do some research into which websites in your specialized field who might also be on the lookout for great articles. The more visibility you get, the more hits to your website. The more loyal fans of your writing, the more paying customers.

Use Google and Yahoo to gauge your steady climb. One of the biggest article marketing motivators is tracking your progress on the search engines. If you're doing it right, including keywords in your article titles and content, and offering valuable information to your readers, that means folks are picking up your stuff. A single article can potentially get picked up 100 times or more. Think of how many places your website link will be seen if you submit 100 articles! To see article-marketing in action, submit four or five articles to Ezinearticles.com and then wait a month or two. Then do a Google search on the topic of the articles you wrote, and do another search on your name. Guess what comes up? All the websites where your articles are featured. Holy hell! That is some cool stuff.

Work the article marketing circuit. Make your presence known within the article realms by actively participating in author networks. My article marketing website of choice is Ezinearticles.com because they capture this feeling of "Hey, we're one big article-writing family!" Their site is the home for tons of authors who are more than happy to swap information and share their valuable insights with you. Participate in the Blog, comment on other authors' articles; in short, get out there and get noticed! By building side relationships through your writing expertise, you're planting the seeds for future projects with other smart marketers on the web!

Okay then. Have you had just about enough Article Marketing for the day? I know I have! Stay tuned to Wordfeeder.com for more copywriting and marketing ideas to help grow your business.

Giving Yourself the Right to Write


"But I've only been on the Internet 3 months! How can I write an article?" That was my reaction back in 1999 when I began my online career and heard that writing articles was the key to bringing targeted visitors to my website.

But I went ahead anyway and wrote my first article. I soon discovered that writing articles is the quickest way to build your reputation as an expert in the world of online marketing.

So don't wait for someone else's permission - start writing articles and grab your space in the limelight.

Here are some other mental blocks and how to deal with them
(1) "I don't where to start". Start anywhere - it doesn't matter where. Putting words on paper is like planting a seed in your subconscious. Your mind will go to work on it while you're busy doing other things: while you're

driving, while you're sleeping, while you're doing the dishes. Suddenly, out of nowhere, will come the next idea. That's the power of the subconscious and the power of putting words on paper.

(2) "I don't know how to finish". Again, it doesn't matter. Just write and the conclusion will come to you of it's own accord.

(3) "It's just an idea". This is another mental trap - the fear of turning ideas into reality. Look around you and realize that every skyscraper, every ocean-going liner, and every symphony was once "just an idea".

(4) "I'll do it tomorrow". Tomorrow never arrives. Give yourself a deadline. Imagine that your article must be finished within the next 12 hours - you'll be surprised how much you get done!

(5) "My article will be a flop". This is a big one - fear of failure. It's much safer to never try. But remember, with every article you write you are one step closer to developing your own unique style, your "voice". In that sense, you can never fail.

(6) "I can't get it right". Some times you simply can't find the right words. Turn off your inner critic and just write. When you have something down on paper, you have something to work with. But you can't work with something that remains an idea in your head.

(7) "I can't sort out my ideas". The easiest way to organize your article ideas is to use a technique that mirrors the way the mind works. This technique is called Mind Mapping. We are taught in school to use lists to organize our ideas. But lists are linear and the mind doesn't think in a linear fashion. You can find out more about Mind Mapping at: http://www.mind-map.com/

Good luck with your articles! And remember - writing teaches writing.

Exposing Your Expertise


Writing and leveraging articles is my most successful strategy for promoting my Website and my speaking and consulting services. Visitors to your site from targeted articles tend to be higher quality leads than those from search engines, and potential buyers like to see that you're published in many credible outlets.

Here are my recommendations to implement this strategy:

1. Write the article

This may sound self-evident, but a couple of pointers:

a) Keep it short, and make the language simple, especially if you're targeting online outlets. People don't read word for word on the Web - rather, they'll scan the screen. Complex sentences and dense copy will lose readers fast

b) Develop a template that can be easily customized for different target markets. My "Top Seven Ways to Tune Up your Website" has been parlayed into versions for over a dozen different industries. The essential points remain the same, and customizing simply involves adding specific examples.

2. Put it on your Website

One of the key goals of your Website should be to showcase your expertise. Content (combined with testimonials and success stories) is the best way to achieve this.

When adding articles to your site:

a) Include a clear reprint policy. This should state whether you allow articles to be reprinted, and if so, under what terms (including your byline, copyright, notification of use, etc.)

b) If you have a large number of articles, provide an index page that divides them into appropriate subject groupings, and gives a two-line description of each.

c) Create a byline with an enticing hook to get people to visit your Website. Mine refers to my popular free tipsheet "Beyond the Search Engines", which lists 23 alternative ways to promote your site. This is far more powerful than a bland statement such as "Philippa Gamse is an internationally recognized . . ."

3. Research and offer it to appropriate venues

It's critical to be very clear about your target audience, and how to reach them. Who are the economic buyers and decision makers that you'd like to be in front of, and what do they read? Do those sites or publications accept outside articles, and if so, what are their policies around doing so?

My assistant, Bonnie Jo Davis, runs my highly successful articles placement strategy. She provides a complete primer of her methodology, along with many online research sources at http://www.ArticlesThatSell.com/

4. Follow up links and references

It's extremely important to measure the success of these efforts, both in terms of the traffic to your site, and its quality.

Check the "referring URL" section in your traffic reports, and follow links to you from any site that you don't recognize. Often, site owners won't inform you when they've used your material. So you want to ensure that you have been properly attributed. But also, thank the site owner. I recently sent a note to
a university professor who had added some of my articles to his course reading list. His response? "I really like your ideas, and by the way, we're looking for a speaker for our upcoming conference . . ."

The Proof of the Pudding . . .

Does all this work? Absolutely. One of my articles was recently highlighted as the "Cool Site of the Week" in Tekguide.net - an online technology and computer directory. But the page that it linked to was not mine, but PowerHomeBiz.com -another site that had featured this article. So I now have sites quoting sites that quote me . . . and that gets major brownie points in Google - the only remaining credible free search engine.

I was also recently hired to consult for a site in the auto industry after the owner had read my article in eDealershipnews.com. He said "I liked the article, I can see how you think, and I'd like some of that thinking for me". No further selling required!(www.penulissukses.com)

Write Articles That Get Results


t's no secret that writing and publishing helpful articles is one of the best ways to promote your business. Writing articles can:

* Establish you as an expert in your field.

* Get your name and your company name in front of potential clients who you may never have been able to contact otherwise.

* Create valuable content for you to share with potential clients or convert into speeches and other marketing strategies.

Writing articles for local business publications, trade magazines, newsletters, and Web sites that reach your target audience can be a powerful piece of your marketing plan. But following through can be more difficult than it sounds, as many people hate writing or have a hard time just figuring out where to begin. Plenty of business owners and marketers hire outside firms or freelance writers

(like The WriteShop, www.writeshoponline.com) to write articles for them, which can be a time-saving solution. But if you want to write your own articles, it can be tough to know where to begin. These five tips may help you stay focused and get the job done.

1. Narrow your topic. In each article, be sure to address only one main idea -maybe you focus on one problem your readers have, or one solution that may work for them. Trying to cover too many topics in one article just causes confusion. Whenever you find yourself going off on an unrelated tangent, turn that tangent into another, separate article for future use.

2. Write in conversational style. Keep your audience in mind and try to write for them the way you'd speak to them. For most business writing, an informal, conversational style is preferable, especially if your article will be published on the Web. Remember that you want your article to be accessible and understandable for your target audience. Shorter sentences and language that is easy to grasp quickly will have better results than long diatribes full of words that require a dictionary.

3. Offer genuine, helpful information. While your articles are tools to help market your business, they are not advertisements. Don't fill your articles with promotional material about your company, or your readers will quickly lose interest. Instead, offer them real insight, tips, or advice that shows them you know what you're talking about. Their interest in your company and what you can do for them will come; but for the sake of your article, focus on providing information they can use.

4. Be brief. Especially when writing for the Web, brevity is crucial. Before sending any article for publication, read through it several times and cut out any unnecessary words. For instance, the word "that" can be eliminated in most cases. Make sure every word counts, and every sentence is meaningful and helpful for communicating your main idea.

5. Distribute, distribute, distribute. Finally, writing an article doesn't do any good unless you get it in front of your target audience. In addition to publishing your articles on your own Web site or in your newsletter, consider sending them to publishers of print and electronic newsletters, and submit them to Web sites that publish articles on your topic. See the Resource Box below for ideas of specific Web sites where you may want to submit your articles. And remember to always include your contact information so that readers will know how to reach you.

Hopefully, these tips will get you on your way to publishing plenty of articles that will get noticed and yield results. But if you'd like even more direction to get you started, contact The WriteShop for information about our inexpensive special report, "Article Starter: A Resource Guide to Writing Business Articles That Get Results." E-mail us today at info@writeshoponline.com.

Gagal Menjadi Penulis Sukses, Kenapa?


Saya akan coba mengurai sejumlah penyebab kegagalan menjadi penulis. Dalam bidang apa pun kegagalan adalah jenis makhluk yang bikin tidak enak bagi yang menjalaninya. Kita perhatikan dan kenali 7 sebab kegagalan dalam proses olah tulis menulis.

1. Belajar Teori Saja
Aa Gym sering mengingatkan, “satu langkah bukti nyata, lebih baik daripada seribu teori”. Saya setuju dengan apa yang dikemukakan Aa Gym.

Prestasi apa yang dapat dihasilkan oleh generasi, yang cuma berhenti sampai tingkat teori saja. Dalam olah tulis menulis, betapa banyak jebolan perguruan tinggi, ditambah alumni kursus-kursus pelatihan menulis atau mengarang, tapi tidak pernah mampu menyelesaikan barang sejudul pun.

Maka tidak heran jika Abu Al-Ghifari sewaktu aktif di Ash-Shidiq Intelectual Forum, sebuah lembaga pelatihan

jurnalistik yang dipimpinnya, menerima banyak keluhan dari sarjana S1. Keluhan mereka yaitu tidak bisa menulis.

Kata DR. Deddy Mulyana, di negeri semisal Amerika, adalah kenyataan aneh bila seorang dosen tidak bisa menulis. Dan apalagi bergelar S2 atau S3. Dengan semangat tinggi, Bambang Trim mengutip sebuah pernyataan dari pusat pendidikan AS, bahwa “semua ilmuwan adalah sama, sampai satu di antara mereka menulis buku.”

Saya sepakat dengan Abu Al-Ghifari, kesulitan menulis bagi kaum intelektual bukan terletak pada teori tulis menulis. Tetapi karena malas mempraktekkannya. Kesimpulannya, siapa pun yang hanya mempelajari teorinya saja, tidak akan pernah bisa menulis.

2. Ide Sebatas Ide
Boleh jadi ide sudah berjumpalitan di otak kepala. Mungkin baru saat ide ditemukan rasanya tiada duanya. Perkiraan ide belum ditulis oleh penulis lainnya. Terbayanglah di benak kita ide ini paling mutakhir bernilai jual tinggi.
Tetapi sayang, ide hanyalah bunga-bunga khayalan. Akhirnya, bunga-bunga ide lesu dimakan waktu. Dan terkejutlah saat membaca tulisan yang ide utamanya sama. Rugilah kalau ide sebatas ide.

3. Menulis yang Tidak Disukai
Bicara mengenai tingkat kelancaran sekaligus kemandegannya, antara komunikasi lisan dan tulisan terdapat kesamaan. Jalaluddin Rakhmat dalam “Retorika Modern” (Rosda Karya, 1992) menjelaskan, apa pun isi ceramah yang disampaikan ke khalayak akan menjadi menarik bila materi itu dikuasai.
Lalu timbul kesimpulan, ceramah yang disampaikan, amat tidak menarik, jika mengucapkan apa-apa yang tidak dikuasai.

Begitu pula dengan tulis menulis. Nulis apa saja kalau kita menguasai materinya pasti lancar meski tidak bebas hambatan. Sebaliknya, nulis apa pun sekiranya materi tidak dikuasai, niscaya menemui kemandegan atau kebuntuan.

Jangan cuma karena ingin gagah-gagahan, kita menulis bahasan yang sebenarnya kita tidak memahami. Contoh: kita hendak menulis tentang Pemilu (Pemilihan Umum). Sementara pengetahuan mengenai Pemilu tidak memadai bahkan masih terbilang buta. Maksudnya, jangan memaksakan diri.
Setiap penulis memiliki spesialisasi ilmu yang khas. Jangan terjebak pada arus gemuruh emosi sesaat. Ukurlah kemampuan diri.

4. Cepat Puas
Tidak sedikit penulis pemula yang tulisannya berhasil dimuat media massa. Tidak cuma lokal, bahkan ada yang menembus media berskala nasional.

Namun sangat disayangkan, mereka cepat sekali merasa puas dengan capaian seperti itu. Mereka terlena dengan satu, dua tulisan yang dimuat dibangga-banggakan di setiap waktu dan diedarkan ke setiap forum pertemuan. Tentu saja bangga itu boleh, tetapi bila dalam waktu yang cukup lama kemudian tidak lagi menulis, nanti akan lupa bagaimana caranya menulis. Akibatnya sulit lagi untuk menulis.

Cepat puas dalam konteks ini dapat menimbulkan kemacetan total. Sayang, padahal sudah terbukti mampu menulis.

5. Ingin Cepat Populer
Para penulis pemula utamanya punya kebiasaan buruk, yakni ingin cepat popular. Terkadang lupa bahwa ketenaran, kepopularan, keterkenalan memerlukan proses waktu yang panjang dan perjuangan sangat keras. Tidak cukup dalam waktu singkat sebab profesi menulis bukan pekerjaan instan.

Tidak adil jika kita menuntut diri dengan harapan sosial yang tak proporsional. Robert B. Downs penulis “Buku-buku yang Merubah Dunia” (PT. Pembangunan Djakarta, 1959) mengungkap, banyak para penulis yang menggerakkan sejarah menulis di usia paruh baya atau tua: 44-54 tahun. Dua di antaranya, Thomas Paine dan Adolf Hitler (lepas dari kejahatannya). Paine dinilai sebagai pelopor kemerdekaan Amerika dengan karyanya “Pikiran Sehat (Common Sense).” Sedangkan Hitler penulis “Perjuanganku (Mein Kampf)” begitu kuat mempengaruhi gerakan komunis.

Hikmah yang kita petik adalah meraih popularitas perlu waktu panjang. Penulis yang tidak tahan proses, jelas akan gagal.

6. Macet Terjebak Honor
Bagi penulis senior, apa lagi yang idealis, kegiatan menulis tidak lagi (terutama) untuk mencari honor. Buat mereka yang terpenting ide sudah tersebar. Memasarkan ide ke lebih banyak orang dan kalangan. Berbeda dengan penulis pemula, yang dicari adalah honor berupa uang. Kelompok kedua jelas lebih banyak jumlahnya, ketimbang kelompok pertama.

Di bulan Oktober 1996, dua tulisan saya dimuat sebuah harian lokal. Senang bukan bikinan. Selang seminggu, setelah pemuatan tulisan kedua, saya menghubungi bagian yang bertugas mengurusi honor. Waktu itu saya kecewa berat, karena katanya tidak ada honor untuk penulis luar. Sifatnya hanya menyumbang naskah. Petugas itu mohon maaf ditambah basa-basi sedikit. Saya pun segera tahu, dan sangat memaklumi koran lokal yang memuat tulisanku, sedang berjuang keras memperpanjang umurnya. Cerita yang sama dialami Toha Nasrudin, nama lahir Abu Al-Ghifari sewaktu saya berkunjung ke Mujahid Press. Ia menyatakan, “tulisan saya sudah 20 judul tidak dihonor oleh media yang sama, tapi bukan uang sebagai tujuan.”

Pembaca Budiman, sekiranya Abu Al-Ghifari berhenti menulis gara-gara tidak dihonor, pasti ia tidak seproduktif sekarang yang telah menulis puluhan buku itu. Jika pembaca mengalami hal demikian, kecewa boleh, tapi jangan dipelihara. Ambil positifnya saja. Dimuat pun sudah beruntung.

7. Membesar-besarkan Kelemahan Sendiri
Bicara kelemahan, siapa yang terlepas dari kelemahan. Semua punya. Jangan perbesar kekurangan. Apalagi kita umbar ke setiap orang. Bisa-bisa yang mendengarkan jadi pusing dan jengkel.
Biasanya kelemahan itu berupa: tidak ada waktu, kurang referen, tidak ada bakat menulis dan bukan keturunan penulis.

Begitu sering pengamat politik muda usia Eep Saefullah Fatah menulis kolom saat menyetir. Caranya, Eep ngomong soal politik, sedang istrinya mencatat yang dibicarakannya. Ada bekas menteri yang mengetik di atas kendaraan. Hernowo mengaku bukan keturunan penulis. Ketiga orang ini jelas memiliki kelemahan dalam mengolah tulisannya, namun mereka tetap produktif.

Pembaca budiman, semakin meyakini lemah dan memperbesar kelemahan dalam menulis, tambah dalamlah diri kita memasuki wilayah kegagalan menjadi penulis.

By Lilis Nihwan Samuranje

How to Become a Writer Who Writes


Gertrude Stein wrote, “To write is to write is to write is to write is to write is to write is to write.” Who can say what she meant (she also wrote, “Rose is a rose is a rose is a rose”), except perhaps exactly what she wrote: that writing is all and everything of it, the beginning and the end. That to write is to write. We just do it. How to get started writing? Write. How to keep going? Write.

Sadly, for many of us it just isn’t that simple. We have trouble getting started, we have trouble keeping the pace and, too often, we simply give up or our enthusiasm and determination trickle away, like a stream petering out.

But because writing is in our hearts and souls and DNA, after a few weeks or months or even years, we’re back at it again. More determined than ever that, this time, we’ll stay with it.



Maybe we do and maybe we don’t. In my experience as a teacher, more often than not people don’t stay with it. For some, the cycle repeats and repeats. Because we can’t keep the thing going, we begin to judge ourselves failures at writing, our self-esteem goes the way of our tossed out pages, and after a while, it becomes more and more difficult to begin again. This is heartbreaking. Because we are writers and when we aren’t being fully and wholly ourselves — when a piece of ourselves is missing — we can never feel at home in the world or at peace within ourselves. Writing is who we are. Not all of who we are, but enough of who we are that when we’re not writing, we’re not whole.

Claim Yourself As Writer
Until you name yourself Writer, you will never be a writer who writes (and keeps writing).
Most writers I know, especially those who have not published, say, “I want to be a writer.” Or “I’m a [fill in the blank] and I like to write.” Or “I’ve always dreamed of being a writer.” But they don’t actually call themselves a writer. Think of all the other names you give yourself: man/woman, mother/father, wife/husband, friend, teacher, technician, masseuse, lawyer, gardener, chef. We take each of these names as a way of identifying ourselves, both to others and to ourselves.

We are what we say we are. In some cultures, new names are assumed when character-evolving events take place. These names indicate the person has been transformed. If you announce you are a writer, rather than simply mouthing that you want to be or you’d like to be, you may be transformed. Try it. Right now. Speak your name out loud followed by, “I’m a writer.” Let yourself experience the sensations you feel when you sound out the words. “But I haven’t been published yet,” you might say, as if this were the thing that would give you the right to call yourself writer. After all, when you tell people you’re a writer, don’t they always ask, “Oh, and what have you published?”

Listen to this: Being published doesn’t have anything to do with being a writer! It has to do with earning money as a writer. Maybe. Getting some kind of validation and recognition, perhaps notoriety and fame. Though truth be told, the majority of published writers don’t earn all that much money or notoriety or fame. We might say, to be published is to be published is to be published. To be sure, getting published is the aim of many of us. After all, we write to communicate, and having an audience is the flip side of the communication coin. But it is not the reason we write. We write because it is what we must do. Anne Sexton said, “When I am writing I am doing the thing I was meant to do.

” Besides, once we are published, this doesn’t mean we will stop writing. We will continue to write. This is what writers do. I have this vision of me at my writing table, a fat roll of butcher’s paper at one end and a take-up reel with a crank at the other end. The paper just keeps passing beneath my pen and I just keep writing. As the old joke goes, “Old writers never die, they just keep revising the ending.”

How do you claim yourself as writer?
First, say it. “I’m a writer.” Say it out loud. Say it to yourself in the mirror. Say it to your friends and family. Say it to the next person you meet at a party who asks, “What do you do?” Say it to a stranger in line at the grocery store. Say it to your mother. Mostly, say it to yourself. “I’m a writer.”

• Make a place for your writing, a sacred place where you go with joy as your companion, not dread or guilt or “shoulds” riding your shoulders like weights of sand. If you don’t already have a room or specific place, make one. Take up a whole room or a section of a room. Before she created her own studio, my friend Wendy used a screen to separate her writing place from the rest of the living room. If the only space you can free up for your writing is part of a table, sometimes, when you’re not eating on it, then make it a special place. When you go there for your writing, bring along a candle or lamp or some flowers, anything that transforms the space from the quotidian to the unique. Make it important and make it yours however you can. Claim the space.

• Get the tools you need. Honor your writing with the kind of paper or notebook you like; buy your favorite pens by the box or spend a bundle on that Waterman or Mont Blanc you’ve always wanted. Have a computer that belongs to you — not one you have to share — and a good printer. It’s amazing what just printing out your writing using a laser jet printer will do to make it look — and you feel — professional. Get a good dictionary, thesaurus, and stylebook. Find books on the craft and subscribe to writing journals.

• Hang out with other writers. Go to readings and book signings, open mikes. Communicate with other writers. Drop a note to someone whose book you admire and tell them (not in a gushy, fan magazine kind of way, but as one writer to another). Sign up for workshops and conferences. Get in a group.

• Read as a writer. Learn from the best. Study your favorite authors, and copy passages into your notebook to get the feel of their rhythm and style. Deconstruct their sentences, paragraphs, scenes, and chapters to discover their techniques and their secrets. Read the work aloud and discuss the books with your writer friends. Next to the act of writing itself, reading good writing will be your best teacher.

Make Time to Write
The second thing you must do to be a writer who writes is make the time to write. This is where many would-be writers fall short. Unless you make the time to write, you’ll never write. Extra time won’t just show up, and if you promise to do your writing “as soon as...” you’ll never get to it. Take it from one who knows. For the better part of twenty-five years, I was a writer who would write “as soon as...”; I had more stops and starts in my writing career than a local train. It wasn’t until I actually set aside writing time on a regular basis that I became a writer who writes.

Make an appointment with your writing self, write it down in your calendar: 2:00 p.m. Monday: Write; 3:30 p.m. Tuesday: Write; 9:15 a.m. Wednesday: Write; and so forth.

Find a time that fits you. Don’t set aside two hours if you can only do thirty minutes. Don’t set your alarm for 5:30 in the morning if you always resist getting up and hate the mornings. You may come to resent your writing as much as you resent the alarm clock. By the same token, don’t say you’ll do it at night after everything else is done if, by 8:30, you’re supine on the couch and can’t keep your eyes open. Find a time that works for you. Take half your lunch hour. Do it right after work. Get up half an hour earlier. If you have the flexibility to make your own schedule, set aside time during the workday.
In my classes I listen to the complaints of students who say they just don’t have time to write, then I ask for a show of hands of those who watch television on a regular basis or those who surf the Web. When the rows of hands waving in the air look like an Iowa cornfield in August, I ask again, “Who can’t find the time to write?” Sheepish grins and embarrassed giggles. Write instead of watching TV, instead of surfing the Web, instead of spending an hour or more reading the newspaper, instead of going out with friends. You have to give up something. Even if it’s only leisure time in front of the tube.

Note: don’t give up taking walks or witnessing sunsets.
You may have always heard that if you want to be a writer, you have to write every day. This is not an absolute rule. Few rules are. To be successful (i.e., a writer who writes), you do have to write several times a week — at least four or five sessions, and every day is best. Pulitzer Prize-winning author Michael Chabon swears by his 10 p.m. to 4 a.m. Sunday-Thursday routine. Part of it is the daily habit of it and part of it is the continuity. The writing will come easier with regular practice, too. You get better at something you do often. Mick Jagger said, “You have to sing every day so you can build up to being, you know, Amazingly Brilliant.”

In a New Yorker (January 28, 2002) article titled “The Learning Curve — How Do You Become a Good Surgeon? Practice,” Atul Gawande related the importance of practice. In writing about elite performers, he said, “[T]he most important talent may be the talent for practice itself.” He referred to K. Anders Ericsson, a psychologist, who noted that “the most important role that innate factors play may be in a person’s willingness to engage in sustained training.”
Like exercise or losing weight or taking a class, sometimes it’s a whole lot easier to do it with a supportive companion. Make a date with a friend for writing. If you can’t get together in person, make a phone call or e-mail one another to say, “I wrote today” or “I’m going to write at 6:30 this evening,” or “How’d the writing go today?”

Waiting for inspiration to descend before you write is like waiting for Godot. Interminable. It’s been said that if you show up at your page at the agreed upon time, inspiration will know where to find you. Someone else said, “Writing is 20 percent inspiration and 80 percent perspiration.” Besides, if writing is your daily practice, you won’t need inspiration to get to it. Imagine waiting for inspiration to rest her shining arms around you before you take the dog for a walk or drive to work.

Write
Finally, the third leg in the triangle of being a writer who writes is, of course, doing the thing. Talking about writing isn’t writing. Thinking about writing isn’t writing. Dreaming or fantasizing isn’t writing. Neither are outlining, researching, or making notes. All these may be a part of the whole milieu of the writing life and necessary to getting a project completed, but only writing is writing.

“You can’t sit around thinking,” said fiction writer David Long. “You must sit around writing.”
So every day, at the appointed time (or at some spontaneous gift of time), you sit at your desk (or your table in the café or on the grass in the park), you open your notebook or you boot up your computer, and you write.

Do this every day and I will guarantee you, you will fill notebook after notebook, you will begin and complete stories, essays, narrative nonfiction — whatever you want to write. You will have bits and pieces and wild, imaginative ramblings. You will be a Writer Who Writes.

by Judy Reeves